RAJA PALA
Mengkritisi Wacana Lagu
Pop Bali yang Berjudul “Raja Pala”
A.
Unsur
Intrinsik
Segi Bentuk:
dikaji dari segi bahasa dan sastra (anggah-ungguhing
basa Bali).
Sebuah
karya sastra bahan utamanya adalah bahasa,karena dalam bahasa mengandung
keindahan dan gaya bahasa itu sendiri. Ditinjau dari segi anggah-ungguhing basa
Bali,wacana lagu pop Bali yang berjudul Raja Pala terdapat perpaduan antara basa andap dengan basa alus (ASO, AMI, ASI, AMA).
Perpaduan bahasa tersebut terdapat pada setiap bait kalimat, antara bait satu
dengan yang lainnya. Variasi gaya bahasa dapat dilihat dari unsur kata-kata
yang membentuk menjadi sebuah kalimat, dimana dengan kalimat ini kita bisa
mengetahui perpaduan bahasa yang dipakai oleh pengarangnya.
Dalam wacana lagu pop Bali “Raja
Pala” terdapat lima kata (kruna)
bahasa Bali yang terdiri dari:
1)
Kruna
Andap: kata-kata bahasa Bali yang nilai rasa
bahasanya biasa atau lepas hormat. Kruna Andap
dalam wacana ini diantaranya, aduh,
agete, dadi, kelidin, manjus, jegeg,
anggon, alase, sing, ada, nepukin, dll.
2)
Kruna
Alus Madia: kata-kata bahasa Bali yang nilai rasa
bahasanya menengah, tidak kasar dan tidak halus. Kruna Alus Mider dalam wacana ini diantaranya, tiang, napi.
3)
Kruna
Alus Mider: kata-kata bahasa Bali yang nilai rasa
bahasanya halus, yang bisa dipakai oleh siapa saja. Kruna Alus Mider dalam wacana ini diantaranya, ngambil, jinah, matumbasan, mapamit.
4)
Kruna
Alus Singgih: kata-kata bahasa Bali yang nilai rasa
bahasanya sangat halus. Kruna Alus
Singgih dalam wacana ini diantaranya, ayu,
parab, makaronan, putra.
5)
Kruna
Alus Sor: kata-kata bahasa Bali yang nilai rasa
bahasanya diantara Kruna Andap dengan
Kruna Alus Singgih. Kruna Alus Sor dalam wacana ini
diantaranya, manah, pinunas.
Ada
tiga bentuk kalimat (lengkara) dalam
wacana lagu pop Bali Raja Pala yaitu:
1)
Lengkara
Andap: terdapat pada bait I dan IV. Lengkara Andap dalam wacana ini yaitu, nguber kedis, ngojog anak manjus. Widiadari
Ken Sulasih.
2)
Lengkara
Alus Madia: terdapat pada bait II. Lengkara Alus Madia dalam wacana ini
yaitu: jero-jero.
3)
Lengkara
Alus Sor: terdapat pada bait III, V, dan VII. Lengkara Alus Sor dalam wacana ini
yaitu: titiang nyadia mangentosin.
Dalam
Lengkara Alus Sor bait ke lima baris
pertama terdapat sedikit kesalahan, yaitu dalam penggunaan kata “parab” yang ditulis pada kalimat “ Raja Pala parab titiang truna lara”,
seharusnya kata “parab” tersebut di
ganti dengan kata “wastan”, karena
Raja Pala adalah orang biasa atau tidak berkasta kalau di lihat dari segi ranah
tradisional Bali. Raja Pala bukanlah orang Tri
Wangsa, sehingga tidak tepat memakai kata “parab” yang merupakan Kruna
Alus Singgih.
Dari
uraian di atas, dilihat secara umum bentuk anggah-ungguhing
basa Bali yang digunakan dalam wacana lagu pop Bali yang berjudul Raja Pala
mengunakan basa Alus Sor.
Lagu
Raja Pala adalah sebuah karya sastra yang dibentuk oleh unsur-unsur pembentuk
prosa, yaitu:
1)
Tema
Tema
yang terdapat dalam cerita Raja Pala ini adalah tentang seseorang yang mencari
kesenangan dengan cara yang tidak baik atau dengan kata lain bersenang- senang
di atas penderitaan orang lain.
2)
Tokoh atau Penokohan
Ada
dua tokoh yang terlibat dalam cerita Raja Pala ini, yaitu tokoh pertama yang
bernama I Raja Pala dan tokoh kedua yang bernama Widiadari Ken Sulasih.
3)
Setting/ Latar
Latar
yang diambil dalam cerita ini menggambil lokasi di sebuah yang sangat indah nan
asri pada zaman dahulu kala.
Dari
semua analisis di atas, dapat di simpulkan bahwa cerita Raja Pala adalah
percintaan dan perkawinan eskapis antara manusia dan bidadari. Amanah yang bisa
di petik dari cerita atau karya sastra ini adalah janganlah mencari kenikmatan
dengan cara akal bulus atau sifat akompli seperti I Raja Pala terhadap bidadari
Ken Sulasih. Kenikmatan (kama) yang
diperoleh dengan adharma (menipu,
memperdaya) akan menjadi bumerang bagi pelakunya. Kenikmatan I Raja Pala
beristri bidadari Ken Sulasih harus ditebus dengan seimbang dengan kesedihan
yang amat dalam saat ditingal oleh istrinya.
Posting Komentar untuk "RAJA PALA "