CERPEN kemana kau melangkah
Kemana ku melangkah
Begitu
panas, begitu terbakar, begitu kotor di sekeliling ini. Mungkin itu yang akan
dilihat dan ditanggapi oleh orang yang
lewat didekat kami, tanpa memperdulikan kami, ya tentu saja ini adalah tempat
kami tempat kami dimana untuk mengais
rejeki yang tak mungkin melebihi apa
yang kami harapkan. Kami tidak tau harus
kemana, hanya dengan ini kami bisa menyambung hidup kami. Tanpa memperdulikan
orang disekitar yang terlihat begitu
jijik melihat kami. Kami tidak memperdulikan iu, kami tetap pada tujuan kami,yaitu
meraih apa yang kami dapat demi kelangsungan hidup kami. Kami tersadr akan apa
kekeurangan kami,, kami juga tersadar akan apa apa kelemahan kami., namun
apakah sepantasnya kaami dipandang sebelah mata ? apakah kami tidak pernah
dianggap di didalam taanah air ini? Kami juga sadar dengan keadaan kami ini,
bahkan untuk mengenyam pendidikan pun kami takkan mampu, apalagi utnuk hari
esok, kami harus berfikir berulang- ulang
apa yang harus kami kerjakan untuk memperoleh sesuap makanan untuk
menyambung hidup kami ini., yw begitulah
aku dan keluargaku, yang tak lain gadis kecil yang baru berusia 14 tahun,
terkadang aku dan keluargaku sadar bahwa kami tidak memiliki dan mempunyai apa-
apa, namun kami tak ingin menyesalinya, kami tetap berusaha tabah dan sabar
dalam menjalani hidup inti tanpa harus mengeluh . meskipun terkadang kami
tidak isa makan enak, tidur yang nyenyak
dikasur yang empuk, setidaknya kam tetap bersyukur telah diberikan kesempaatan
untuk menikmati keindahan di dunia ini. Kami sangat bersyukur, meski
terkadang kami jugamerasa tuhan itu
tidak adil, namun kami sadar mungkin ini memang jalan hidup kami.
Meskipun
begitu masih banyak hal yang mengganjal
dihati kami , seperti aku, gadis yang akan beranjak dewasa, yang harus putus
sekolah sejak SMP. Karena orang tuaku
sudah tajidak bisa lebih lanjut untuk membiayaiku . aku sedih, aku merasa dunia
ini tak adil, namun aku tak bisa menuntuk banyak akan keadaan ini, , aku tau
mereka sudah bekerja keras dari dulu untukku. Aku berusaha untuk mengerti dan
menerima semua keadaan ini. Akupun
memupuskan berhenti seperti apa yang dikatakan oleh orang tuaku. Demi
menyambung hidup akupun ikut dengan orang tuaku , mengais rejeki di ssepnanjang
jalan, meski terkadang aku kesal dengan
hidup ini , namun aku berusaha untuk sabar dan tabah menjalaninya. Suatu
ketika, ayahku duduk disampingku dan berkata
“Nak, maafkan bapak ya nak”. Kata
ayahku
“ Maaf apa pak ? bapak kan tidak ada salah sama
lilik”? jawabku dengan pasrah
“Maaf bapak tidak bisa
melanjutkan kamu untuk bersekolah.” Kata
bapakku dengan nada yang sedih. Akupun terdiam dan tak bisa aku berkata apa .
ingin rasanya aku menangis dan
membrontak agar orang tuaku tetap berusaha untuk menyekolahkanku. Belum sempat aku menjawab pertanyaan
ayahku itu, Ayahku kembali berkata.
“ nak bapak tau kamu pasti marah
dengan bapakmu ini, bapak mengerti nak , namun, keadaa ini bapak dan ibumu tak
bisa di pugkiri nak . taka pa kalau k marah sam bapak. Nanti bapak aan
berusaha lebih keras lagi agar bapak
bisa meyambung sekolahmu lagi” kataayahku.
Aku kembali berfikir atas apa
yang ayahku katakana, ingin rasanya aku peluk dia dihadapan orang banyak, namun
aku tak bisa memeperlihatkan kesedihanku
hanya karena masalah ini. Aku memalingkan wajahku sejenak dan kemudian
aku tatap mata ayahku sambil berkata,
“ taka pa pak lilik tidak akan
marah sama bapak dan ibu hanya karenamasalah ini , lilik tidak akan mengeluh
pak, meskipun hanya sebentar megenyam pendidikan, lilik merasa senang pak,
daripada tidak sama sekali,, hehheheh …. Sambil tersenyum aku menutupi
kesedihanku. Aku tak kuasa menahan air mata ini, akupun pamitan dari hadapan
orang tuaku dan pergi ke belakang taman did tengah-tengah kota, disampingkursi
yang terletak d ibalik pohon itu aku pun menangis tanpa sebab. Rasanya begitu beras dan begitu
skit untuk menrima semuanyaini. Namun aku teteap sadar akan kemampuan ku ini.
Dari sanalah aku bertekad untuk bekerja keras . untuk mengumpulkan puin-puin
rech utuk aku melanjutkan sekolahku
nanti.
Saatu ketika aku memutuskan untuk mencari pekerjaan yang lebih
baik dari orang tuaku. Panas terik , rasa lapar, rasa haus dan penak aku tahan. Demi mencari sebuah
pekerjaan . hingga akhirnyaada seseorang yang merasa iba dengan ku dankemudian
memanggilku. Dia seorang parubaya dengan kumis tipis di bawah hidungnya.
“ Dik sini, kenapa disana
duduk sendirian?” kata bapak itu.
Akupun merasa takut dan waspada,
apakah niat bapak ini baik atau tidak, aku merasa takut awalnya untuk mendekati
bapak itu, namun karena tekadku , akupun melawan rasa takut itu. Aku hampiri bapak itu dan berkata
“ saya sedang mencari pekerjaan
pak”. Jawabku.
Bapak itu tersenyun dan berkata “
kenapa adik mencari pekerjaan? Seharusnya , jam segini adik ada disekolah bukan
di jalanan seperti ini”.
Akupun terdian dan mejawabnya “
untuk hari esok saja saya harus berfikir berulang – ualang pak, apalagi
untuk sekolah, itu saja sudah sangat
sulit. Sya memang sempat bersekolah dulu
pak,namun berhenti karena keadaan keluarga saya yang tidak memungkinkan untuk
melanjutkannya lagi..
“
begitu nak, maaf ya nak bapak beranya seperti itu”.
“Taka apa pak “. Jawabku dengan
singkat.
“ sebelum itu bapak boleh tau
tidak namanya adik siapa?”
“ Nama Saya Lilik pak,”
“ lilik ya dik, perkenalkan nama
bapak suryadika, jangan takut dik, bapak tidak akan berbuat pa- apa sama adik.
Ini minuman untuk adik silahkan diminum,
bapak tau adik pasti haus setelah
berajalan di bawah matahari terik seperti ini. “ kata baak itu dengan nada yang
halus.
“ terimakasih atas kebaikan bapak
kepada saya “.
“ sama – sama nak, dengan senyuaman bapak itu membalas
kata-kataku.
Akupun bertanya dengan bapak itu
dengan nada yang malu.
“ bapak ada apa memanggil saya? Apakah bapak tidak malu
dengan saya yang bau, kucel dan dekil?
I” bapak itu tersenyum dan menjawab
pertanyaanku dengan mudah. “ nak untuk apa bapak malu, pada dasarnya kita semua
adalah sama. Tugas kita ya memang saling untuk tolong- menolong sesame umat.
Aku terkejut dan berfikir sejenak
ternyata masih ada orang yang baik didunia ini. Tanpa melihat status maupun
yang lainnya..
Kemudian bapak itu berkaata dan menawarkanku
sesuatu.
“ dik kalau adik mau, ikut bapak
saja ya?
‘ kemana pak ? kataku,
Meskipun aku menilai bapak itu baik, namun aku teteap
wspada , karena aku takut nanti apa yang bapak itu ucapkan tidak sesuai dengan
apa yang ada di hati dan pikiranya.
“ adik mau tidak bekerja di rumah makan?”
“ Rumah Makan?” sebagai apa?
“ Begini dik Bapak mempunyai Rumah makan , ya memang tidak
megitu besar, namun rumah makan yang bapak miliki membutuhkan seseorang yang bisa mencuci prabotan disana
dan memebersihkan area yang ada di rumah makan tersebut. Bagaimana dik?
Akupun berfikir dan bertanya kembali kepada
bapak itu.
“ bapak sebenarnya darimana ?
dimana bapak tinggal ?”
“ bapak tinggal disini nak, rumah
bapak itu, didekat koprasi surya nadi, ,
disebelah kiri jalan”.
“ oh kenapa saya tidak pernah
melihat bapak sebelumnya?
“ ya begitulah dik, bapak sibuk,
mengurus rumah makan bapak”.
“ oh begitu ya pak”.
“ ya dik, adik mau tidak bekerja
disana?”
“ saya bertanya dulu sama orang
tua saya ya pak, saya juga harus menghormati mereka yang sudah membesarkan
saya.”
“ baiklah dik, kalau boleh biar
bapak saja yang ikut memberitahukan mereka , agar mereka nanti tidak khawatir .
besok adik tunggu bapak did epan taman kota ya?
Sekitar jam 9 pagi besok bapak pasti
datang.”
“ baiklah pak, terimakasih untuuk
hari ini pak, “. Kataku, namun dia hanya membalas jawabanku dengan senyuman.
Keesokan harinya aku pergi ke taman kota dan
menunggu bapak itu. Tak lama aku duduk ku lihat seorang laki- laki yang mirib
bapak itu menghampiriku. Dia pun berkata ,
“ sudah siap dik?”
“ sudah pak mari saya antar
bertemu dengan bapak dan ibu saya .”
Kamipun berjalan kaki menuju tempat biasa aku dan ayahku
mengais rejeki. Aku berharap bapak itu tidak terkejut melihat tempat kami tinggal. Sesampainya
disana akupun berrkata,
“ inilah tempat kami pak dan
itulah tempat berlindung kami dari terik matahari dan dinginya angin”. Sambil
menundukkan kepala aku berbicara seperti
itu.
Bapak itu tidak terkejut, melainkan tersenyum
dan merangkul serta mengelus pundakku.
Kemudian bapak itupun mengatakan
sesuatu kepadaku.
Tak apa nak, adiktidak boleh menyesal dengan keadaan
seperti ini. Bersyukurlah dengan apa yang telah ada. Nanti siapa tau bapak bisa bantu melalui apa
yang bapak berikan. Mari kita bertemu dengan orang tuamu.”
Akupun memanggil orang tuaku dan mengajaknya
untuk bertemu Bapak Suryadika. Begitu serius mereka berbicara, sampai aku tak berani untuk menganggu.
Tak sadar kapan mereka selesai
berbicara, tiba- tiba ada yang memanggil namaku dan menepuk lenganku sambil
berkata.
“ Dik bangun, kenapa adik tidur
disini?”
Akupun terbangun danku usap- usap
mataku sambil duduk.
“ Maaf pak saya ketiduran, “
“ Tidak apa-apa dik, besok adik
siap-siap di pagi hari, orang tua adik
sudah mengijinkan adik untuk ikut dengan bapak. “
“ baik pak “. Kataku. Aku senang masih ada yang peduli denganku dan keluarga kami
yang kecil ini.
“ baiklah dik bapak mau pamit
dulu, besok bapak jemput adik .”
‘ baik pak mari saya antar pak,.
Keesokan harinya akupun di jemput
oleh bapak itu untuk di ajak ke rumah
makan yang bapak itu rintis, sesampainya disana, akupun diperkenalkan dengan
karyawan yang ada disana dan keluarganya. Disana aku di arahkan apa saja kewajibanku sebagai karyawan.
Senang rasanya bekerja dengan karyawan yang ada di sana, begitu ceria dan
begitu sabar menghadapiku. Aku sadar aku masih kecil namun para pekerja disana mengatakan semangat
kerjaku tinggi, aku bersyukur dengan apa yang telah diberikan oleh bapak itu,
dia memberikanku fasilitas berupa tempat untuk aku berteduh. Dan tak lupa
aku mengucapkat terimakasih atas
semuanya.
Bagiku ini adalah lembaran baru bagiku untuk
menyongsong masa depanku nanti, dengan bekerja keras dan membantu bapak itu
dalam merintis warung itu , aku dapat melanjutkan sekolahku sampai jenjang SMK. Aku sadar banyak rintangan yang aku
harus hadapi dalam meraih apa yang aku impikan. Namun disisi lainaku juga ingin
membahagiakan keluargaku dengan apa yang
telah aku dapatkan. Meskipunhanya sedikit, namun mereka tidak pernah memprotes
maupunterkadang menuntutku. Banyak halyang telah aku lewati bersama ditempat
kerja baik dengan para karyawan di rumah makan,maupun dengan keluarga bapak suryadika. Keluaraga
pak surya dika sudah menganggap aku sebagai
bagian dari keluarganya. Selama kau disana banyak hal menyenangkan yang
kami bisa lakukan. Sampai suatu ketika, saudara pak suryadika datang dari
luarkota untuk ikut tinggal beberapa bulan di rumah pak suryadika, karena rumah
mereka sedang direnovasi.
Akupun dikenalkan oleh saudara
mereka. Mereka menyambutku dengan ramah begitupun juga aku. Setelah
beberapa hari dan bebrapa minggu,
saudara pak surya dika memang masih
ramah dan baik, namun ketika mereka tau siapa aku sebenarnya sikap mereka
perlahan- lahan berubah. Mereka seolah-olah menagnggapku sebagai seorang
pembantu, bahkan anak- anak mereka sering berkata yang berbohong, bahkan mereka
pernah mengadukanku kepada pak surya dika,
aku terkadang juga berfikir. Apa salahku kepada mereka, sselama ini aku
tak pernah berniat jahat kepada mereka.
Sampai suatu ketika aku tak sengaja memecahkan
guci kesangan pak suryadika. Dilihatlah oleh keponakan dari pak suryadika. Dia
kemudian memcai makiku dengan hal yang tak sungka selama ini. Ucapannya begitu
tajam kurasakan . kadang aku berfikir ibuku dan bapakj saja tak pernah
berbicara seperti itu.
“ kamu ini apa kamu tak sadar
dengan apa yang kamu lakukan tadi. Tau kah kamu bahwa ini adalah guci
kesanyangan dari majikanmu itu. Sudah numpang
seharusnya kamu bersyukur tau masih ada yang peduli dengan kamu disini.
Ehh malah kamu merusak semuanya disini, memang ya kamu ini anak pemulung tak
tau sopan santun”.
“ maaf kak saya tak sengaja .
lantainya masih licin dan tak sengaja siku saya menyenggol guci yang ada di
atas meja. Saya tau saya salah, saya
akan menggantinya nanti kalau saya sudah dapat gaji dari warung”.
“ sombong kamu ya, merasa mampu
kamu disini, kamu kira gajimu itu cukup untuk mengantikan guci yang kamu
pecahkan”.
“ ya kak saya minta maaf, saya
sadar dengan kekurangan saya”.
“ baguslah kalau kamu sadar,
mungkin kalau tidak ada pamanku mungkin kamu sudah kelaparan di jalan”.
Dengan lancangnya dia menendang ember yang ada
dihadapanku. Aku terdiam sejenak,
mungkin aku memag terlalu menyusahkan d rumah ini. Aku kembali berfikir dengan
setiap yang aku lakukan. Keberadaanku disini kdang membuat mereka
bertengkar karena sepupu pak suryadika tidak setuju dengan keberadaanku. Namu
pak surya dika tetep mempertahankanku. Ketika suatu hari akutak sengaja berada
di belakang ruang tamu, disana terdapat kolam ikan dan sedikit kebun yang akan
ku sapu. Tiba- tak sadar aku emndengar perbincangan di dalam ruang tamu tak
sengaja ku mendengar . ternyata bibik dan keponakan paksurya inggin aku tak
berada dirumah ini.
“ kamu sadar surya siapa yang
kamu ajak ke sini”.
Memang kenapa mbak? Diakan anak
yang rajin sopan pula.
Hehhh… rajin, rajin apanya. Anak
yang suka merusak tentu ia”.
“ merusak maksud mbak apa?
“ ini lah kamu teralu peraya sama
anak itu. Guci yang kamu beli, alias guci kesayanganmu itu. Tadi pagi di
pecahkan oleh anak sialan itu.”.
“ mbak ini ada- ada saja, tadi
pagi guci itu masih ada mbak.”
/” kamu ya, dibilangi malah tidak
percaya, berapa kamu norok anak itu smapai dia besar?
Mbak ini keterlaluan sekali , apa
sih maksud mbak? Saya tau mbak tidak suka dengankeberadaan lilik disini , tapi
setidaknya mbak bisa hargai dia sebagai sesama umat. Kebiasaan mbak ini tak
bisa hilang selalu iri sama orang lain. “
“ loh kok malah salahkan mbak mu
ini sih? Mbak itu berkata yang benar . ya sudah kalau kamu tak percaya. Nanti
kamu baru tau rasa”.
Aku kaget dan aku kemudian
berfikir sejenak. Aku memutuskan untuk kembali saja kepada orang tuaku. Dari
pada hanya karena aku pak surya dan sepupunya bertengkar.tak lama selang hari
kemudian ku lihat pak surya sedang duduk santai d halaman depan. Dan inilah
kesempatanku bicara.
“ permisi pak. Saya boleh duduk
di samping bapak?”
“ ehh lilik, yw silakan lik, ada
apa lik tumben.
“ begini pak saya mau bicara
sebentar dengan bapak”.
“lilik mau bicara apa ‘.
‘ sejenak aku terdian untuk
menyiapkan apa yang harus aku ucapkan.
“ begini pak, saya mau pulang
saja pak , saya lebih baik bersama orang
tua saya pak”.
“ loh kenapa lik, apa kamu tidak
betah tinggal di rumah bapak?”
“ bukan begitu pak saya betah
tapi……………………………….
“ tapi apa lik katakana saja
sejujurnya dik!
“ saya hanya ingin tinggal
bersama orang tua saya pak”.
“ apakah bear begitu?
“ ya pak sudah llama saya tidak
bersamaibu dan bapak d rumah”
“ tapi menurut bapak itu bukanlah
alasan yang kamu ingin sampaikan. Ya kan nak? Dik apa yang kamu katakan itu
bisa d reka dan sedikit di beri bumbu kebohongan, namun mata kamu dan bahasa tubuh kamu tidak
bisa mebohongi apa yang sebenarnya ingin kamu sampaikan.”
“ bapak tau kamu sebenarnya tidak
tahan dengan apa yang dilakukan oleh keponakan bapak kan?ya dik bapak paham.
Bapak juga tau rasanya bagamana jika selalu dipojokkan. Bapak mengijinkan kamu
pulang kerumah menengok ibu dan bapakmu. Namun bukan untuk meninggalkan rumah
ini, selesaikan dulu sekolahmu , hingga nati kamu mendapatkan ekerjaaan
yanglayak . baru kamu boleh berusaha sendiri .
Tapi pak saya tidak enak dengan
sepupu bapak dan saudara pbapak. Saya rasa saya hanya penganggu yang hanya bisa
membuat bapak dan saudara bapak rebut dan bertengkar.
‘ tidak dik. Itu tidak usah
dipikirkan, itu nanti bapak yang akan selesaikan. Mendingan sekarang adik ke
warung sapa tau sudah rame. Ya dik!
“ baiklah pak, akupun mengikuti
apa yang paksuryadika ucaapkan.
Akupun bersabar dan tetap
bertahan, sampai akhirnya suatu malam,
ku lihat ada seorang perempuan yang ingin d pukul oleh 2 orang laki-laki. Dan
ternyata perempuan itu aadalah sepupu pak surya. Akupun cepatt-cepat mecari bantuan untuk
menolongnya. Ku panggil para warga yang
sedang duduk d poskmablin untuk
membantunya. Dan akupun bersama bapak-bapak itu berlari untuk menolong diara. Akhirnyaa diara pu
dapat kami tolong meskipun d tangannya dan pipinya ada luka lebam dan sedikit
goresan pisau ditangannya.
“ diara kamu tidak apa- apakan ,
kamu kenapa ini,? Ada urusan apa kamu dengan ,laki- laki itu?
Di tak bisa menjawabnya ku peluk
erat dia hingga rasa takutnya sedikit menghilang.
Kemudian kaku dn diara pulang
bersama sama . ku rangkul dia hingga sampai rumah. Di rumah kebetulan tidak ada
siapa-siapa . ibu dan ayahnya belum pulang dari kantor.
Dirumah aku bersihkan luka-lukanya
dan ku berikan obat merah, setelah dia tenang aku secara perlahan menanyakan aa
yang telah terjadi dengan dia dan kedua laki-laki itu. Diapun mulai bercerita
dari aawal kenapa bisa seperi itu. Dia adalh pacarnya diara dan yang satunya
adalah temanya, karena terkenal di sekolahnya diara sangan bnagga memiliki
pacar seperti dia, tanpa memperdulikan sikap sifat dan kepribadiannya di tambah
lagi dia hidup di dalam keluarga yang broken. Diara tetap sabar selama
inimenghadapi sikap pacarnya. Sampai- sapai dia rela menjual hhandpone
pemberian ayahnya hanya untuk laki-laki itu.
“ aku menyesal lik, ternyata
disisi lain dia juga mempunyai wanita selingkuhan, aku terlalu percaya
denganya, aku rela memberika apa yang dia inginkan namun kenyataannya dia
selalu membuatku kecewa,”
“ sudah dir , memang peneysalan
selalu datang belakangan, namun ini isa kamu adinya pengalaman dan pelajaran
bagi kau untuk menjadi lebih baik dan berhati-hati dalam memilih pasangan. Pria
yang begitu tidak pantas untuk kamu tangisi. Tunjukkan dirimu bahwa apa yang
dia lakukan itu salah. Dan apa yang dia lakukan akan disesali setelah kamu
pergi dari kehidupannya.
“ maksi lik, kamu telah
menolongku, amaf selama ini aku selalu berprasangka buruk dan selalu
menjelekkanmu di hadapan pamanku. Aku sadar ini mungki balasa dari apa yang aku
lakukan.” Maaf ya lik “
“ ya tak apa’ dir itu sudah
berlalu tidak usah diungkit-ungkit lagi”
“ diara……… diara dimana kamu ?
Ibunya pundatang dan menengok
diara kekamar seketika ibunya kaget melihat diara terluka memar d wajah dan
badanya.
“ kamu kenapa ini? Siapa yang
berbuat seperti ini?
“lilik pa yang terjadi kenapa
diara seperti in? Dengan nada yang marah dan tatapan yang tajam menoleh lili.
“ buk ini bukan salah lilik. Dia
yang menolong lilik dari fery bu.
“ inilah kamu tidak bisa
mendengar apa yang ibu ucapkan , ibu kansudah bilang jangan berhubungan dnegan
fery lagi dia itu pria yang tidak baik, kamu saja yang sedikit bandel dengan
apa yang ibu katakan,
“ yw buk diara minta maaf, jaji
diara gak bakalan ulangi lagi,diara akan lebiih berhati- hati ‘
“ lilik bisa kita bicara
sebentar? Kata ibunya diara
“ baiklah tante.”
“ terimaksih yw lik atas
pertolonganya selama init ante begitu jahat sama kamu, tante berussaha untuk
menyingkirkan kamu, namun kamu tidak membalasnya, tante minta maaf samakamu
lik. Atas semuanya. Maaf ya lik…
‘ ya tante tidak apa-apa saya
sudah anggap tante sebagai ibu saya sendiri.
Saat itu juga aku diterima baik
oleh saudara pak suryadika, begitu juga pak surya sangat bahagia melihat apa
yang terjadi. Aku merasa Tuhan memang adil dibalik setiap ujian yang ia berikan
dia selalu mendatangkan kebahagian yang lebih. Meskipun terkadang aku putus asa dengan kehidupan ini
namun di samping orang-orang yang selalu
menyemangatiku, Aku berusaha tabah menghadapi segalanya.meskipun terkadang aku
mendapatkan prilaku yang tidak baik, namun aku tak pernah membalasnya.terkadang
banyak orng yang inggin membalaskan rasa dndam itu namun apalah gunanya jika
hanya menyiksa diri sendiri dan orang lain, lebih baik menyadarinya dengan
perlakuan yang baik kesadaran seseorang
tidak bisa di sadarkan melalui balas dendam namun mellaui prilaku yang halus
dan benar. Tuhan sudah menyudun apa yang akan terjai maka, hadaplah tanpa
pernah merasa lelah atas segalanya, karena dibalik semua itu ada kebahagiaan
yang kan memanti.
Posting Komentar untuk "CERPEN kemana kau melangkah"