PROPOSAL KEMAMPUAN MENTRANSLITERASI KATA, KALIMAT, DAN WACANA BAHASA BALI LATIN KEDALAM AKSARA BALI SISWA KELAS VIII SMP PGRI 4 BADUNG TAHUN PELAJARAN 2019/2020.



PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL             : KEMAMPUAN MENTRANSLITERASI KATA, KALIMAT, DAN WACANA BAHASA BALI LATIN KEDALAM AKSARA BALI SISWA KELAS VIIIA SMP PGRI 4 BADUNG TAHUN PELAJARAN 2019/2020.

A. Latar Belakang
            Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengaruh globalisasi dewasa ini maka salah satu pilar kebudayaan yang perlu dijaga adalah lestarinya bahasa daerah. Bahasa daerah merupakan pendukung kebudayaan bangsa serta memperkaya bahasa Nasional yaitu bahasa Indonesia. Untuk mempertahankan keberadaan bahasa daerah ini di beberapa daerah telah menuangkan kedalam kurikulum untuk diajarkan disekolah-sekolah ( SD – SMA ). Begitu juga halnya dengan bahasa Bali telah tertuang dalam kurikulum muatan lokal dan menjadi bahan ajar wajib untuk diajarkan di sekolah-sekolah.
            Usaha meningkatkan ketrampilan berbahasa Bali dilaksanakan melalui pendidikan, pengajaran dan permasyarakatan bahasa Bali. Pembinaan melalui pendidikan dan pengajaran dilakukan melalui pendidikan formal dan pendidikan non formal. Pembinaan Bahasa bali dalam dunia pendidikan meripakan salah satu unsure yang paling penting dalam strategi pembinaan adalah pendidikan formal yaitu : pembinaan Bahasa Bali melalui sistem persekolahan yang didalamnya terdapat sistem pendidikan Bahasa Bali.( Granoka, 1985 :53).
            Belakangan ini timbul suatu tren di masyarakat dalam penggunaan bahasa, ada kecendrungan pasangan suami istri di kawasan perkotaan menggunakan bahasa Indonesia, terutama dalam berkomunikasi dan mendidik serta menjalin komunikasi dengan anak-anaknya. Dengan adanya fenomena ini akan berpengaruh pada keberadaan Bahasa Bali. Ada kemungkinan Bahasa Bali di masa mendatang akan jarang digunakan. Gejala ini akan berdampak pada bahasa itu sendiri, juga pada kebudayaan Bali secara umum.
            Bahasa Bali merupakan pendukung kebudayaan daerah bali yang ikut memperkaya kebudayaan nasional, oleh karena itu Bahasa Bali patut dipelihara dengan baik oleh masyarakat penuturnya.
            Bahasa Bali adalah sebagai Bahasa Ibu masyarakat Bali dipahami secara luas dikalangan masyarakat Bali sebagai alat komunikasi dalam berbagai kehidupan di Bali, misalnya : hubungan individu dengan individu, hubungan dalam rumah tangga, sekolah, masyarakat dan sekarang diharapkan digunakan dalam kantor-kantor pemerintahan khususnya di Bali. Disamping itu Bahasa Bali juga merupakan pendukung kebudayaan Bali yang tepat hidup serta diharapkan berkembang luas di Bali meliputi dalam bidang : kesenian, hokum, Agama, Adat istiadat, pengobatan alternative dan sebagainya.
            Selain itu dilihat dari sejumlah masyarakat penuturnya bahasa Bali dipakai oleh sebagaian besar penduduk bali, terutama yang ada di desa-desa, sehingga disamping sebagai alat komunikasi dan pendukungnya kebudayaan Bali, bahasa Bali termasuk bahasa daerah besar, yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya.
            Dalam peraturan daerah Bali  No :3 tahun 1992 pasal 4 disebutkan bahwa : Bahasa, Aksara dan Sastra yang hidup dikalangan masyarakat Bali, menjiwai serta menjadi wahana, tumbuh dan berkembangnya kebudayaan Bali.
            Selanjutnya disebutkan pula fungsi bahasa, aksara dan sastra Bali sebagai berikut:
1.      Bahasa Bali mempunyai fungsi antara Lain :
    1. Lambang kebanggan daerah dan masyarakat Bali.
    2. Lambing istiadat daerah dan masyarakat Bali.
    3. Alat penghubung didalam keluarga dan masyarakat.
    4. Pendukung sastra daerah Bali dan sastra Indonesia.
    5. Sarana pendukungnya budaya daerah dan budaya Indonesia.
2.      Aksara Bali Mempunyai fungsi antara lain :
    1. Digunakan dalam kehidupan nyastra.
    2. Wadah dan wahana seni budaya Bali
    3. Sarana pendidikan, Adat dan Agama Hindu.
3.      Sastra Bali mempunyai fungsi antara lain :
    1. Perekam kebudayaan daerah Bali.
    2. Penumbuh solidaritas kemanusiaan.
    3. Sarana peningkatan harkat kemanusiaan.
( KBK, Muatan Lokal Bahasa Bali, 2004 : 3,4).
            Berdasarkan hal inilah dapat dikatakan bahwa usaha pemahaman bahasa dan aksara Bali dengan baik dan tepat sangat bermanfaat dalam menunjang kebudayaan Bali, yang pada akhirnya sangat berguna pula dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan bahasa Nasional. Membina dan mengembangkan bahasa Bali dalam pelestariannya bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau para ahli saja, melainkan oleh masyarakat penuturnya. Pengembangan bahasa dalam masa pertumbuhannya tergantung dari sikap masyarakat yang merupakan tempat bahasa itu dipelihara, berkembang dan digunakan.sehubungan dengan pembinaan bahasa Bali di dalam pendidikan Ida Wayan Oka Granoka mengakatan bahwa salah satu usaha yang paling penting dalam strategi pembinaan melalui medan formal ( selanjutnya disebut pembinaan formal) yaitu pembinaan bahasa Bali melalui sistem persekolahan yang didalamnya terdapat pengajaran bahasa ( Bahasa Bali ) ( 1982 :52). Pengajaran bahasa Bali membina anak didik agar memiliki pengetahuan tentang bahasa, aksara, sastra dan budaya Bali, serta memiliki ketrampilan daerah yang meliputi :
            Ketrampilan berbicara
Ketrampilan menyimak
Ketrampilan menbaca dan
Ketrampilan menulis
            Sehingga anak didik mampu berfikir dengan penalaran dan perasaan yang baik dan memiliki sikap positif terhadap bahasa dan budaya daerah.
            Ketrampilan-ketrampilan itu harus dikuasai oleh siswa, apabila penekanan dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi ini lebih menekankan supaya siswa memiliki pengalaman berbicara, menyimak, membaca dan menulis.
            Iplementasi dari pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi ini perlu diukur keberhasilannya. Hal ini berguna untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai keempat jenis ketrampilan tersebut. Berdasarkan alasan inilah penulis tertarik mengadakan penelitian tentang “Kemampuan Mentransliterasi Kata, Kalimat dan Wacana Bahasa Bali Latin kedalam Aksara Bali Siswa Kelas VIIIa SMP PGRI 4 Badung Tahun Ajaran 2009/2010.

B. Rumusan Masalah
            Dengan latar belakang yang penulis jabarkan diatas, maka dapat dirumuskan masalah seperti berikut ini :
  1. Bagaimana kemampuan mentransliterasi kata, kalimat dan wacana bahasa Bali latin kedalam aksara Bali siswa kelas VIIIa SMP PGRI 4 Badung tahun ajaran 2009/2010?
  2. Apakah siswa kelas VIIIa SPM PGRI 4 Badung mengalami kesulitan didalam mentransliterasi kata, kalimat dan wacana bahasa Bali latin kedalam aksara Bali?

C. Tujuan Penelitian
            Setiap peneltian pasti mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai, ( Marsuki, 1977 :31).
Demikian pula dengan penelitian ini, setiap tujuan yang ada sudah tentu berkaitan dengan permasalah yang ada dalam penelitian tersebut, adapun penelitian ini mempunyai dua tujuan, yang dapat dibagi atas dua bagian yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus seperti yang akan diuraikan dibawah ini.
    1. Tujuan Umum
Ditinjau secara umum tujaun penelitian ini adalah : turut membina dan melestarikan serta mengembangkan kebudayaan Bali sebagai salah satu unsur kebudayaan Nasional, dapat digunakan sebagai salah satu langkah yang sangat penting dalam menunjang perkembangan bahasa khususnya bahasa bali, dan untuk menumbuh kesadaran bagi masyarakat Bali betapa pentingnya aksara bali.
    1. Tujuan Khusus
Adapun secara khussu yang ingin dicapai dalm melakukan penelitian ini adalah untuk :
-          Mengetahui kemampuan mentransliterasi aksara Bali latin ke aksara Bali siswa kelas VIIIa SMP PGRI 4 Badung.
-          Untuk mengetahui kesulitan yang dialami dalam mentrasliterasi siswa kelas VIIIa SMP PGRI 4 Badung.

D. Manfaat Penelitian
            Dari tujuan yang diharapkan dapat tercapai dan sesuai dengan  kurikulum yang ada maka sangat diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yang bersifat positif baik dabi segi teoritis maupun praktis yang dapat dengan mudah dipahami oleh para siswa-siswi.
  1. Manfaat dari segi teoritis yaitu :
Dapat memperkuat dan memudahkan para pengajar memberikan pengarahan, bimbingan bagaimana tata cara atau ketrampilan dalam menulis aksara Bali wresastra yang baik dan bemar sesuai dengan aturan yang berlaku. Begitu pula bagi para siswa harus memahami teori yang diajarkan oleh para pengajar sebelum memasuki tahap praktek yang mendalam.

  1. Manfaat dari segi praktis yaitu :
Bagi para pengajar dapat bermanfaat dalam memberikan pelajaran menulis, penyusun kurikulum sesuai aturan yang telah ditetapkan, dan dapat juga sebagai penyusun strategi tata cara belajar dan mengajar yang baik. Bagi para siswa dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam menulis bahasa Bali yang nantinya hal tersebut sangat berguna bagi perkembangan dan kelestarian daerah Bali.

E. Kajian Pustaka, Konsep dan Teori
1.      Kajian pustaka
Medra, dkk. Dalam bukunya Pedoman Pasang Aksara Bali (2006) menjelaskan tentang penggunaan Pasang Aksara Bali yang berkaitan erat dalam penulisan bentuk-bentuk aksara Bali dan penggunaannya pasang pageh yang baik dan benar sesuai perkembangan aksara Bali.
Menulis huruf Bali yang itu yang berupa tulisan latin maupun tulis Bali ( aksara bali) sangat erat kaitanya. Seperti yang dikemukakan oleh susastra dalam karyanya yang berjudul “Membaca Aksara Bali dalam Perkembangan Pasang Aksara Bali (2004). Dalam bukunya yang dipaparkan tentang perkembangan Aksara Bali dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis aksara Bali latin dan aksara Bali.
2.      Konsep
Konsep merupakan bahan baku ilmu pengetahuan. Dari konsep membentuk preposisi dan dari preposisi kemudian membentuk teori. Nan Lin dalam W Gulo ( 2002:8) merumuskan konsep adalah yang menunjukan pada suatu pengertian tertentu. Konsep adalah sesuatu yang abstrak tetapi menunjuk pada sesuatu yang kongkri. Sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia berarti rancangan. ( Soeharso, 2007:302).
Dari definisi tersebut diatas dapat disimpulakn bahwa konsep adalah rancangan dari suatu penelitian yang dapat membentuk preposisi, kemudian membentuk teori, sehingga dari preposisi tersebut dapat membentuk difinisi yang kongkrit. Adapun konsep dalam penelitian ini diantaranya:
2.1. Ketrampilan Berbahasa
Dalam kehidupan manusia tidak lepas dengan individu yang lain. Mereka saling mengadakan interaksi social, saling tukar pikiran dan bekerjasama dalam mengerjakan persoalan yang rumit. Untuk itu, mereka mempergunakan bahasa sebagai alat berinteraksi dan komunikasi. Untuk menjalin komunikasi dengan lancar maka kedua belah pihak antara komunikator ( pembicara ) dan komunikan ( pendengar ) harus mempunyai kemampuan berbicara secara efektif dan kemampuan mendengar secara intensif. Kedua kemampuan baik berbicara maupun mendengar harus dimiliki oleh kedua belah pihak.
Melalui komunikasi setiap individu dapat menimba pengalaman dan pengetahuan dari orang lain. Dan untuk mereka saling dapat tukar informasi.
Seperti yang dijelaskan diatas peranan bahasa sangat menentukan dalam komunikasi. Ketrampilan berbahasa sangat penting dikuasai agar kemampuan itu efektif. Ketrampilan itu biasa diperoleh melalui pendidikan formal.
Disekolah pembelajaran bahasa ditujukan agar anak mampu menguasai keempat ketrampilan bahasa ( language arts, language skill ). Keempat ketrampilan meliputi : ketrampilan menyimak, ketrampilan berbicara, ketrampilan membaca dan ketrampilan menulis. ( Tarigan, 1979 :1).
Untuk mempelajari ketrampilan berbahasa yang bagus dan sesuai dengan urutan yang telah ditentukan secara teratur yakni : pertama kita mulai belajar menyimak atau mendengar bahasa, terus kita perlahan-lahan bisa belajar mengucapkan apa yang dikatakan atau lebih dikenal dengan belajar berbicara kemudian membaca dan menulis. ( Tarigan, 1987 :1).
Ketrampilan menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki usia sekolah ( Pendidikan non formal), sedangkan ketrampilan membaca dan menulis kebanyakan dipelajari sesudah di bangku sekolah ( Pendidikan formal).

2.2. Ketrampilan Menulis
            Ketrampilan menulis merupakan salah satu empat komponen ketrampilan berbahasa. Seseorang agar dapat dikatakan trampil berbahasa harus mampu menguasai keempat ketrampilan berbahasa tersebut, termasuk kemampuan menulis ( menyalin / mentrasliterasi).
            Menulis merupakan curahan isi sebuah pikiran yang diwujudkan melalui rangkaian fonem,kata-kata, kalimat-kalimat dan wacana yang dapat dimengerti atau dipahami oleh orang lain ( yang membacanya). Dari arti tersebut semakin lama semakin banyak timbul pengertian-pengertian yang dikemukakan seperti : menurut Zain Badudu, menulis merupakan kegiatan yang menggunakan pena, bolpoin diatas kertas, kain, papan dan sebagainnya untuk menghasilkan huruf, kata atau sebuah kalimat ( 1986 : 621 ). Ada juga yang mengatakan mentransliterasi adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seseorang, msehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik tersebut ( Tarigan, 1982 : 21).
            Pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa lambang-lambang yang dimaksud adalah huruf dan angka. Lambang inilah yang harus dipelajari dan dipahami baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal sebagai langkah awal mewujudkan ketrampilan berbahasa. Dengan demikian menulis merupakan kegiatan yang bersifat produktif dan efektif untuk mewujudkan ketrampilan berbahasa. Mentransliterasi berarti juga menyalin atau mengalihbahasakan suatu karya sastra, wacana, kalimat atau kata kedalam tulisan atau bahasa tertentu.
            Dalam penulisan ini penulis bermaksud mentrasliterasi suatu kata, kalimat dan wacana bentuk tulisan latin Bali ke dalam tulisan dengan aksara Bali. Pada tulisan ini paling sedikit siswa harus memahami ketrampilan mentransliterasi dengan baik,dari segi bentuk Aksara, pengangge Aksara, pasang aksara dalam menulis aksara Bali.

2.3. Tujuan Mentransliterasi
Setiap gerak atau kegiatan pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai, suatu kegiatan memiliki tujuan tak dapat terpikirkan oleh manusia. Mentransliterasi adalah salah satu aktivitas yang mempunyai suatu tujuan dan dapat dipastikan memegang peranan penting dalam suatu kehidupan sehari-hari. Berikut ini akan disajikan beberapa tuuan menulis dari berbagai pendapat yang kita dapat percaya :
Adapun tujuannya adalah :
a.       Mentransliterasi bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar.
b.      Mentransliterasi dapat digunakan untuk meyakini dan mendesak.
c.       Mentransliterasi dapat menghibur dan mengembangkan atau yang mengandung tujuan estetik.
d.      Mentransliterasi dapat juga digunakan untuk mengekspresikan emosi dan perasaan yang kuat, ( Tarigan 1982 :23 ).
Mentransliterasi juga memiliki tujuan mendekumentasikan sesuatu melalui tulisan baik yang bersifat sejarah maupun peraturan-peraturan. Untuk dititipkan pada generasi berikutnya, sehingga generasi berikutnya dapat memahami mana yang harus dilestarikan mana yang dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman yang dihadapinya.
            Tujuan mentransliterasi huruf latin ke huruf aksara Bali memiliki hampir sama dengan tujuan diatas, yaitu dapat sebagai pelestarian nilai budaya yang ada. Memberitahukan atau mengajarkan, meyakini, menghibur dan mengandung estetika. Salah satu cara untuk mengajarkan mentransliterasi Bali adalah dengan memantapkan kemampuan mentransliterasi siswa. Dengan begitu pentingnya tujuan mentransliterasi ini sebagai salah satu tujuan ketrampilan berbahasa.

2.4. Peranan Menulis
Dalam kegiatan sehari-hari baik pelajar, mahasiswa, guru ataupun dosen dituntut untuk memiliki ketrampilan dalam menulis. Ketrampilan manulis sangat diperlukan terutama dalam menyusun bahan pengajaran atau bahan perkuliahan.
Dalam perkembangan yang sekarang ini, ketrampilan menulis sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam kegiatan menulis yang dilakukan oleh kaum pelajar adalah untuk mencatat dan merekam sesuatu utuk mencapai tujuan. Untuk itu ketrampilan menulis sangat penting dan diperlukan dalam kehidupan bagi kaum orang terpelajar.
Setiap orang yang berkomunikasi dengan tulisan memerlukan suatu ketrampilan berita, membuat karangan serta menyalin suatu cerita kedalam ringkasan cerita ( mensinopsiskan cerita ). Seorang mahasiswa memerlukan ketrampilan menulis yaitu untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, begitu pula para guru dan staf pengajar yang lainnya juga memerlukan ketrampilan menulis yaitu untuk menyiapkan perangkat pembelajaran dalam proses mengajar.
Dalam proses belajar-mengajar yang diadakan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat TK sampai dengan perguruan tinggi ketrampilan menulis merupakan salah satu sarana dalam menyelesaikan proses pembelajaran. Terbukti dengan diadakannya suatu lomba-lomba yang ada kaitannya dengan ketrampilan menulis. Dengan diadakannya lomba dalam ketrampilan menulis, seseorang akan dengan mudah menuangkan ide serta gagasannya dalam bentuk suatu karya sastra ilmiah maupun karya-karya yang lainnya.
Menulis merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan yang hendak disampaikan kepada seseorang melalui media bahasa tulisan. Menulis juga dapat diartikan yaitu : suatu aktivitas yang dilakukan oleh penulis guna menyampaikan suatu pesan yang ingin disampaikan kepada seseorang lewat rangkaian kata-kata yang tertuang dalam suatu tuliasan dan rangkaian tulisan itu berbentuk kalimat ( Tarigan, 1982 :22 ).
Dengan demikian menulis adalah suatukegiatan yang bersifat produktif dan ekspresif. Dalam kaitanya dengan menulis Bali hendaknya memiliki kemampuan menyalin bahasa Bali aksara latin ke aksara Bali.


2.5.Manfaat Mentransliterasi Aksara Bali
Mentransliterasi adalah berasal dari kata translate ( dalam bahasa inggris ) yang dapat diartikan menterjemahkan, mentransliterasi dapat diartikan menggant huruf Bali Latin ke Aksara bali demikian pula sebaliknya , ( Kamus Bali Indonesia, 1990 : 598 ).
Mentransliterasi dapat bermanfaat sebagai salah satu pelajaran yang efektif untuk mewujudkan kemampuan ketrampilan menulis. Dengan mentransliterasi siswa akan dapat memiliki ketrampilan menulis. Bali dengan baik, sebab dengan mentransliterasi siswa akan dituntut untuk memahami penulisan aksara antara lain sebagai berikut :
1.      Aksara Bali dan gantungannya.
2.      Pengangge aksara, pengangge tengenan, pengangge suara dan kegunaannya.
3.      pasang aksara.
Disamping itu, mentransliterasi juga bermanfaat untuk menumbuh kembangkan ketrampilan siswa dalam menulis ketrampilan berbahasa Bali terutama dalam ketrampilan menulis sehingga dapat menemukan sesuatu bisa menemukan ide baru dalam melestarikan aksara Bali, sekaligus ikut melestarikan bagian kecil dari kebudayaan Bali. Dalam sebuah bidang ilmu akan kemungkinan kiat untuk menjadi aktif dan tidak hanya menjadi penerima.

2.6.Aksara bali
Dalam penulisan aksara Bali sangat perlu diperhatkan aturan yang berlaku yang disebut dengan uger-uger, uger-uger bahasa Bali sama dengan pasang aksara Bali, pasang aksara Bali adalah pedoman atau patokan dalam menulis aksara Bali, dimana pedoman tersebut sudah disetujui oleh para pakar bahasa Bali menurut Wayan Simpen AB, secara garis besarnya aksara Bali dapat dibedakan menjadi dua yaitu aksara Suara dan aksara wianjana ( 2003 :5-6 ).
Disamping pembagian diatas aksara Bali dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu aksara wresastra, aksara swalalita dan aksara modre ketiga jenis aksara itu adalah :
1. Aksara Wresastra
            Aksara ini dipakai menulis basa Bali umum atau lumbrah seperti : Urak, pipil, pengeling-pangeling dan sejenisnya. Aksara yang dimaksud adalah :
h,n,c,r,k,d,t,s,w,l,m,g,b,\,p,j,y,z.
Jadi keseluruhan aksara ini berjumlah 18 buah.
Aksara Bali yang lebih dikenal dengan ha,na,ca,ra,ka, yang dengan mengucapkan disertai dngan bunyi e/ pepet. Dalam aksara Bali yang bentuknya seperti ini disebut dengan aksara legena ( aksara sane during polih pengangge ). Dalam penunjukan bunyi-bunyi vocal yang disertai dengan fonem-fonem konsonannya, digunakan tanda-tanda yang disebut dengan sandangan suara. Adapun tanda-tanda sandangan suara adalah :
a.       ….o ( tedong atau tarung), untuk menunjukan bunyi /a/  panjang.
b.      …. i (ulu) untuk menunjukan bunyi /i/.
c.       …. I (ulu sari atau dirga ). Untuk menunjukan bunyi /i/ panjang.
d.      …. u                        (suku), untuk menunjukan bunyi /u/ .
e.       …. U  (suku ilut) untuk menunjukan bunyi /u/u panjang.
f.       /…. (taleng), untuk menunjukan bunyi /e/.
g.      /….o  (taleng metedong), untuk menunjukan bunyi /o/.
h.      )…. (pepet) untuk menunjukan bunyi /e/.
i.        )….o  ( pepet atau tarung), untuk menunjukan bunyi /’o’/ panjang.

Dalam bahasa Bali ejaan yang digunakan dalam menulis bahasa Bali dengan menggunakan aksara bali yang  disebut dengan pasang aksara. Ejaan atau pasang akrasa yang digunakan dalam aksara Bali yang disebut dengan ejaan Silabik ( suku kata ). Ejaan silabik ini menggunakan tentang adanya dua buah fonem yaitu fonem konsonan dan fonem vocal.
 Untuk mengetahui dan menunjukan bahwa bunyi-bunyi vocal yang dikandung oleh gambar konsonan yang ada digunakan sandangan suara  n, akan menjadi ni, nu, ne, no dan ne setelah diberi huruf berturut-turut sandangan suara …. i, …. u                     ,    /, /….o,   ), sehingga aksara ( na) tersebut berubah menjadi ni,nu,en,eno,n),   (Granoka, dkk 1984 :22).
            Nama sandangan suara selai dikenal, di dalam bahasa Bali khususnya dalam aksara Bali dikenal pula adanya pengangge suara dan pengengge tengenan.


2. Aksara Swalalita
            Aksara swalalita adalah aksara yang dipergunakan untuk menulis bahasa kawi, seperti menulis kidung, kekawin, parwa-parwa dan sebagainya. Jumlah aksara swalalita secara keseluruhan adalah 47 buah yang terdiri atas 14 buah vocal ( aksara suara ) dan 33 buah konsonan ( aksara wianjana ). Yang termasuk dalam aksara suara adalah :
k,            g,  f,  \,  h,  c,  ___Ç,   ,
ka        ga        gha      nga      ha        ca         cha       jha
z,  y,   s,  t,  `,  d,  a,   n,  r,
nya      ya        sa         ta         ta         da        dha      na        ra
[,  x,  l,  ],  p,  b,  |,  v,  m,  w.
Sa        na        la         Ša        pa      ba        pha     bha      ma     wa 


3. Aksara Modre
            Aksara modre adalah aksara yang digunakan untuk menulis tentang kedyatmikanan ( kebatinan). Menurut pendapat I Gusti Ngurah Bagus, bahwa yang dimaksud dengan aksara modre hanyalah aksara ( perlengkapan/busana ). Untuk dapat membaca aksara jenis ini, orang harus membaca buku petunjuk yang disebut dengan krakah, ( 1980 :10).
Contoh aksara modre :
ö  (ANG)  þ  (ONG).
Mengenai aksara swalalita dan aksara modre tidak akan dibicarakan lagi.
Akasara Ardasuara.
Aksara ini memiliki sifat setengan suara dan setengah wianjana.
Aksara ardasuara ada 4 jenis yaitu : y,r,l,w.
Kalau aksara ini sebagai seperti setengan suara, akan berubah bentuk seperti :
ê  ,      Ë       ,                         Þ,      w.
Penulisannya seperti kata-kata di bawah ini :
  1. Sekadi aksara wianjana, patut katulis sejaja.
Yasa  y],  tan dados yuæ.
Lara lr,   tan dados  lÉ.
  1. Sekadi aksara suara, patut ketulis :
Tabia   =     tbê                 tidak boleh ditulis       tbih.
            Sutra   =      sutÉ                    tidak boleh ditulis       sutr. 
Disamping itu aksara /r/ dan / L/ kalau mendapatkan pepet harus ditulis dengan aksara / r/ rerepa dan / l / lelenga (  Ï,  2,    )seperti dalam penulisan contoh dibawah ini :
Radite             =          Ïdiet.        Tidak boleh ditulis      r)diet.
Lemari             =          2mri.                    tidak boleh ditulis                            l)mri.

2. Pengangge Tengenan
            Pengangge tengenan dalam bahasa Bali disebut dengan nengen tengenan dimaksud dalam bahasa bali adalah konsonan yang ada dan terletak pada akhir suku mati ( Warna, Dkk, 1981 :718 ).
Adapun pendapat lain yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan tengenan adalah konsonan atau wianjana yang terletak pada posisi akhir dari sebuah kata  belum mendapat vocal atau sandangan suara ( Simpen AB, 1973 :8).
            Yang dalam penerapannya ada dalam kegiatan menulis dengan menggunakan aksara Bali dikelan istilah tengenan mejalan. Adapun yang dimaksud dengan tengenan mejalan adalah aksara-aksara ynag sudah nengen atau mati wianjana kemudian karena dibubuhi oleh aksara suara di belakangnya, lalu hidup kembali menjadi satu suku dengan aksara yang mengikuti ( Tinggen, 1993 :32 ).
Pengengge tengenan ada empat jenisnya antara lain : tengenan (ng ) menjadi cecek ¦___*_§  tengenan ( h ) menjadi bisah  ¦___;§, tengenan (r ) menjadi surang ¦___(§ dan menggunakan adeg-adeg ¦___/§ .
1.      Cecek  ¦___*_§    Penulisannya :
    1. Jika pada akhir kata, seperti :
Kacang            =          kc*,
Bawang           =          bw*,
    1. Jika dalam kata yang suku katanya sama, maka keduanya menggunakan cecek, seperti :
Bangbang        =          b*b*,
Cangcang        =          c*c*,
    1. Penulisan cecek tidak boleh digunakan ditengah –tengah kata, tapi harus ditulis dengan aksara  \, ( ng ) contoh :
Bangku            =          b\Ðu  ,                                              tidak boleh ditulis       b*ku,
Nangka            =          n\k,                                tidak boleh ditulis       n*k,
    1. Ada pengecualian kalau manulis Bali menghindari Aksara Metumpuk tiga sehingga dibolehkan menggunakan cecek.
Nyungkling     =          z*uk&Þ,  tidak bole ditulis  zu\Ð&,

  1. Tengenan (h) yang menjadi bisah ( ;  ) juga dalam penulisannya terdapat uger-uger  yang hampir sama proses pelaksanaannya seperti penulisan cecek diatas
    1. Bisah digunakan pada akhir kata contoh:
Panah              =          pn;,             Tidak boleh ditulis      pnh/,
Getah              =          g)t;,                                           tidak boleh ditulis       g)th/,
    1. Bisah digunakan apabila kata dibangun dari dua suku kata huruf depannya sama dengan huruf belakangnya dan keduanya metengenan / h / maka dapat menggunakan bisah contoh :
Cacah              =          c;c;,                                       tidak boleh ditulis       chÇ;.
Pahpah            =          p;p;,                                         tidak boleh ditulis       phæ;.
    1. Bisah tidak boleh digunakan ditengah-tengah kata contoh :
Cihna               =          cihÚ,                                                             tidak boleh ditulis       ci;n,
Brahma            =          bËhß,                                        tidak boleh ditulis       bË;m,

  1. Tengenan (r) menjadi surang ( …(... ) tengenan ini digunakan diatas  aksara yang mendapatkan tengenan Contoh :
Darta               =          d(t,                                                  tidak boleh ditulis       drÓ,
Darma             =          a(m,                                                       tidak boleh ditulis       drß.
  1. Adeg-adeg  ¦___/§    ini digunakan selain tengenan / ng / (cecek) tengenan / h / (bisah) dan tengenan / r / (surang) menggunakan adeg-adeg untuk mematikan huruf  terakhir.
                  Adeg-adeg digunakan pada akhir kalimat  dan pada kalimat itu berhenti sebentar yang ditandai dengan koma. Adeg-adeg tidak booleh ditengah kata. Kalau ditengah ada tengenan akan menngunakan gantungan dan gempelan.
Contoh :
                  I Bapa ka carik natad arit        = hibpkcrikÚtdÀt/.
                  Tidak boleh menulis                = hibpkcrik/ntd/hrit/.

2.7 Pasang Aksara
                  Pasang aksara nganutin wargan ipun sekadi .Tengenan /n/ (     ) kalau diikuti oleh aksara c dan j ( c,j  ) n ( n    ) diganti dengan ny  (  z  )
      Contoh :
      Pancing           =          pzÇÇ&   tidak boleh ditulis      pniÇ,
                        kranjang          =          kËzé*  tidak boleh ditulis     kËné*.
Demikian pula aksara /tengenan  d ¦ d§  kalau diikuti dengan aksara ny  ¦Z§      aksara /d/  ¦d§  diganti dengan aksara j   ¦j§  hal ini dilihat pada kata :  yadnya =yjñ             ,        tidak boleh ditulis   ydñ   ,   Pradnyan = pÉÉjñ n/.  tidak boleh ditulis   pdñn/.
Apabila ada katadasar menggunakan k  ¦k§   dan diikuti dengan aksara s ¦s§  maka penulisannya adalah menggunakan sesapa ¦q§   hal ini dapat ditemukan dalam penulisan kata :
                  Aksara             =ks


Posting Komentar untuk "PROPOSAL KEMAMPUAN MENTRANSLITERASI KATA, KALIMAT, DAN WACANA BAHASA BALI LATIN KEDALAM AKSARA BALI SISWA KELAS VIII SMP PGRI 4 BADUNG TAHUN PELAJARAN 2019/2020."