PROPOSAL PENERAPANAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA BALI KELAS IA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SMP NEGERI 4 BADUNG



PROPOSAL

JUDUL  : PENERAPANAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA BALI KELAS IA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SMP NEGERI 4 BADUNG

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan mengadakan perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha sekolah dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan terprogram mengadakan pembenahan diri di berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi dan informasi serta kualitas pembelajaran secara utuh. Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik  atau metode mengajar.
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode dan pendekatan yang tepat.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan.
Belajar bahasa Bali memerlukan keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa memuaskan. 
Hasil pengamatan guru (peneliti) menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa kelas 1A SMP N 4 Badung terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam menerima materi pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara klasikal rendah. Itu disebabkan oleh metode yang digunakan oleh guru tidak disenangi oleh siswa.. Siswa menilai bahwa metode yang selama ini diterapkan tidak memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakan menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa mengatakan bahwa bahasa Bali merupakan pelajaran yang sulit. Keadaan ini hendaknya segera direspon secara positif dengan mencari alternatif model pembelajaran yang efektif, yang membuat siswa mudah memahami materi bahasa Bali.              
Guru sebagai fasilitator dituntut dapat memodifikasi atau bahkan menerapkan metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan meningkatkan keaktifannya. Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning).
 Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif adalah dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, karena kelas dirancang sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antar siswa. Tanggung jawab guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student  Team Achievement Division (STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Di samping itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama, kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000).

B. RUMUSAN MASALAH
            Dari latar belakang masalah penelitian tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil pembelajaran bahasa Bali siswa kelas IA semester II tahun pelajaran 2008/2009 SMP N 4 Badung?

C. TUJUAN PENELITIAN
            Tujuan diadakannya penelitian ini adalah : untuk mengetahui bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IA semester II tahun pelajaran 2008/2009 SMP N 4 Badung. Agar suasana belajar dikelas bergairah, dan menyenagkan sehingga tercapai hasil yang optimal.

D. MANFAAT PENELITIAN
            Dalam penelitian ini di harapkan agar hasil yang diperoleh dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
            Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa mampu menguasai materi pembelajaran bahasa Bali sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal melalui pengembangan diri serta bisa menambah wawasan. Khususnya pada siswa kelas IA semester II tahun pelajaran 2008/2009 dan semua siswa SMP N 4 Badung.
2. Manfaat Praktis
            Meningkatkan kualitis hasil belajar sekolah baik hasil belajar secara individu maupun secara klasikal, dan bermanfaat untuk kepentingan sekolah, siswa, guru atau lembaga pendidikan yaitu pada SMP N 4 Badung dan bermanfaat bagi pendidikan seluruh Indonesia.

E. KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI
1. Kajian Pustaka
Seorang guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer materi dan mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses pencerdasan siswa, maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan ide-ide yang inovatif untuk mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif siswa dan senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternative. Di samping itu, guru juga dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan diri melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-tekhnik  atau metode mengajar (Soetardjo, 1998).
Belajar pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian manusia antara lain pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan. Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa di SMP. Berdasarkan hasil studi intensif yang dilakukan oleh Direktorat Dikmenum (1996-1997) menyimpulkan bahwa pembelajaran di SMP cendrung texbook oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cendrung menghafal (Rustana, 2002).
Tujuan mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode yang tepat (Nur, 2000).
Upaya meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja, tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).
Pengajaran adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi pembelajaran. Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi, pilihan strategi pengajaran, menentukan lingkungan pengajaran menjadi tanggung jawab guru. Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Proses pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan cara penyampaian informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan informasi itu (Wartono, 2004).
2. Konsep
               Konsep merupakan bahan baku ilmu pengetahuan. Dari konsep membentuk preposisi dan dari preposisi kemudian membentuk teori. Nan Lin dalam W Gulo (2002:8) merumuskan konsep adalah istilah yang menunjuk pada suatu pengertian tertentu. Konsep adalah sesuatu yang abstrak tetapi menunjuk pada sesuatu yang kongkrit. Sedangkan dalam Kamus bahasa Indonesia konsep berarti rancangan. (Soeharso,2007:302).
               Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah  rancangan dari suatu penelitian yang dapat membentuk perposisi, kemudian membentuk teori, sehingga dari preposisi tersebut dapat membentuk definisi yang kongkrit. Adapun konsep dalam penelitian ini diantaranya :
2.1  Hakekat Pembelajaran Koopertif ( Cooperative Learning )  
            Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang saling asuh antar siswa untuk memahami materi pelajaran bahasa Bali, Unsur-unsur pembelajaran kooperatif paling sedikit ada empat macam yakni:
a.       Saling ketergantungan positif, artinya  dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar sesama.  Dengan saling membutuhkan antar sesama, maka mereka merasa saling ketergantungan satu sama lain;
b.      Iinteraksi tatap muka, artinya menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa.  Dengan interaksi tatap muka, memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi.  Dengan interaksi ini diharapkan akan memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari suatu materi.
c.       Akuntabilitas individual, artinya meskipun pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok, tetapi penilaian dalam rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran dilakukan secara individual.  Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan
d.       keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, artinya, melalui pembelajaran kooperatif akan menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.  Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif menekankan aspek-aspek:  tenggang rasa,  sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat positif lainnya.                        
2.2. STAD (Student Teams Achievement Divisions).     
Ada empat tipe yang biasa digunakan oleh guru dalam model pembelajaran kooperatif (Abdurrahman dan Bintaro, 2000 dalam Nurhadi, 2003), yakni salah satunya adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya dari Universitas John Hopkins. Tipe ini dipandang sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Tipe ini digunakan untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
1). Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok , jadi ada 8 kelompok, masing – masing kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).
2).  Guru menyampaikan materi pelajaran
3). Guru membagikan materi yang berbeda pada masing-masing kelompok dengan menggunakan lembar kerja akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.  
4).   Selanjutnya masing-masing kelompok mempresentasikan kedepan kelas.
5).   Selanjutnya tanggapan dari masing-masing kelompok.  
6).   Selanjutnya guru memberikan tanggapan dan penegasan.dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
7). Kesimpulan Pelaksanaan tipe STAD melalui tahapan sebagai berikut :
(1)  Penjelasan materi pembelajaran;
(2)  Diskusi atau kerja kelompok belajar;
(3) Validasi oleh guru;
(4)  Evaluasi (Tes);
(5)  Menentukan nilai individu dan kelompok;
(6)  Penghargaan individu atau kelompok;


3. Teori
Guna dapat melangkah lebih lanjut, dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka dalam penelitian ini perlu diberikan uraian secara teoritis berdasarkan kepustakaan yang dianggapan relevan dengan masalah yang di teliti. Teori-teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berkenaan dengan belajar mengajar meliputi ::proses belajar mengajar.

1. Proses Belajar Mengajar
            Proses berarti runtutan perubahan ( perisiwa ) dalam perkembangan sesuatu ( kamus besar bahasa Indonesia , 1989 : 703 ).
            Belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbale balik antara siswa dengan guru antar sesamam siswa dalam proses pemkbelajaran. Suatu proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Misalnya : siswa termotivasi, materi menarik, tujuannya jelas dan hasilnya dapat dirasakan manfaatnya ( Depdikbud,1994 :1 ). Interakasi berarti hal yang saling mempengaruhi atau mengandung unsure saling memberikan dan menerima antara orang perorangan, antara perorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok ( kamus besar bahasa Indonesia, 1989 : 135 ).
            Interaksi edukatif adalah “hubungan timbal balik antara guru dan murid, dalam suatu system pengajar” (B Suryobroto,1986 : 11). Tercapai tujuan proses belajar dan mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik antara guru dan murid. Interaksi edukatif  yang baik harus didukung oleh komponen-komponen dasar yaitu : (1) tujuan instruksional, (2) bahan pelajaran, (3) metode dan alat, (4) sarana, (5) evaluasi atau penilaian.
            Memperhatikan kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa proses belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan murid, yang mengandung unsur saling memberi dan menerima.

1.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah “suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan atau pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia” (Herman Hudoyo,1984:2). Sedangkan menurut Drs Oemar Hamalik mengatakan bahwa : belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan cara-cara tingkah laku yang baru berkat pangalaman dan latihan. Tingah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tak mengerti menjadi mengerti baru, perubahan sikap. (1983 : 2).
Belajar merupakan bentuk aktivitas manusia yang dilakukan sejak lahir sampai meninggal dunia. Perbuatan atau aktivitas belajar menghasilkan perubahan yakni perubahan pada diri seseorang maupun tingkah lakunya. Perubahan tingkah laku yang diperoleh dari perbuatan belajar bersifat aktif dan positif. Bersifat aktif karena orang yang melakukan perbuatan belajar itu dengan sengaja, sadar, dan bertujuan. Bersifat positif karena orang yang belajar memperoleh hasil dari tidak tahu menjadi tahu, kurang cakap menjadi memiliki suatu kecakapan, memiliki pengertian tentang sesuatu, sehingga orang yang belajar memiliki suatu kemajuan ( Sri Anisah Wiryawan, 1987 : 1 ).
            L. Crow & A Crow, menyatakan belajar adalah”usaha memperoleh konsep, pengetahuan, dan sikap”. Usaha melakukan perolehan konsep dan pengetahuan  meliputi usaha mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan diri terhadap situasi baru. Perubahan belajar yang diperoleh adalah tingkah laku yang bersifat progresif untuk mencapai tujuan dan menentukan sikap. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa belajar bersifat horizontal dan vertical.
            Belajar dengan arah horizontal (mendatar) artinya memperkaya atau memperluas pengetahuan dan pengalaman belajar yakni :  (a) memperoleh kemampuan dalam skill attitude ketrampilan baru. (b) menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. (c) mengembangkan sikap-sikap untuk menghadapi situasi dan kondisi yang baru. (d) menentukan minat baru untuk menemukan teknik pemecahan masalah baru.
            Belajar dengan arah vertical (meninggi) artinya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki antara lain : (a) mengembangkan dan memajukan ketrampilan khusus. (b) menambah pengetahuan dalam suatu bidang yang berhubungan dengan pengetahuan yang sudah dipelajari. (c) melakukan intensifikasi dan memperluas minat, sikap dan kemampuan teknis yang dimiliki.
            J. Cronbach, manyatakan belajar menunjukan adanya tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan Ernest R. Hilgard, belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, dan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan kegiatan mencakup pengetahuan, kecakapan, dan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman.
            C. Witherington dan Buchori menyatakan bahwa, belajar suatu perubahan pada kepribadian yang dinyatakan penguasaan-penguasaan pola respon ( sambutan ) atau tingkah laku yang baru berupa perubahan ketrampilan, sikap, kebiasaan, kesanggupan, dan pemaksaan yang dimanifestasikan dalam seluruh aspek tingkah laku. Selain itu Prof. Dr.Sumandi Suryabrata menjelaskan bahwa belajar adalah kegiatan yang membawa perubahan yang bersifat actual dan potensial yang terjadi karena adanya usaha sadar, disengaja dan bertujuan hingga diperoleh kecakapan baru. Akhirnya Prof. Dr. Winarno Surakhmad mengemukakan, bahwa belajar ditujukan pada pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecakapan baru serta pembentukan sikap dari perbuatan dan tingkah laku yang positif (Suwalni Sukirno, 1987 : 3-4)
            Berdasarkan uraian diatas dapatlah diketahui bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu ( manusia ) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara keseluruhan, secara sadar, sengaja, bertujuan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.

1.1.1 Teori-teori Belajar
A. Teori Belajar Dari Psikologi Behaviouristik ( Psikologi Tingkah Laku )
            Menurut teori ini, belajar pada hewan dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama ( Depdikbud, 1981 : 21 ). Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan panca indra kecendrungan untuk bertindak.
            Torndike berpendapat bahwa belajar adalah proses pembentukan koneksi-koneksi antara simulasi dan respon. Menurut pendapat ini maka belajar adalah berarti membentuk hubungan stimulasi-syimulasi respondan melatih hubungan-hubungan itu agar bertalian erat. Belajar demikian sifatnya mekanis seperti mesin dan akhirnya terbentuk kebiasaan-kebiasaan.
            Skinner berpendapat bahwa reiforeement adalah sebagai factor terpenting dalam proses belajar ( Soemanto, 1987 :119 ). Pendapat ini memutuskan perhatian kepada kebiasaan atau orang yang sedang belajar. Misalnya seseorang telah belajar dengan giat, kebiasaan ini harus direinforeement atau diperkuat dengan jalan memberikan pujian sehingga seseorang anak terus menerus belajar dengan rajin dan giat. Menurut pendangan ini perubahan tingkah laku dapat dilakukan dengan jalan mengubah renforeementnya.
            Berbicara mengenai proses belajar aliran behavioristik memandang bahwa : belajar itu menampilkan hasil dalam bentuk perilaku yang dapat diamati, diukur, dan perilaku belajar dimodifikasi oleh lingkungan. Di dalam proses belajar ada tia komponen pokok yaitu : rangsangan dari luar ( stimulasi ), balasan dari dalam si anak ( respon ), dan akibat.

C. Teori Belajar dari Psikologi Humenistik
            Teori ini menyatakan bahwa : tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri, mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya (Soemanto, 1967 : 129).
            Rogers berpendapat psikoterapi adalah sebagai dasar belajar (Nasution, 1982 : 80). Rogers memberi kebebasan kepada kliennya untuk mengeluarkan segala isi hatinya sepuas-puasnya, yang baik maupun yang buruk. Selanjutnya dinyatakan bahwa perkembangan pribadi anak diutamakan untuk menjadi manusia yang bebas, bebas dan berani memilih sendiri apa yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Pendapat ini dapat diterapkan dalam pendidikan untuk mengembangkan individu yang mereka dapat memilih dengan bebas atau tanggung jawab penuh. Manusia yang kreatif yang dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan perubahan dunia.
                  Pendapat lain dari Maslow yang dikutip oleh M. Entang mengatakan bahwa hierarhi kebutuhan manusia dapat dibedakan menjadi enam yaitu :
1.)    Kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, seperti : makan minum, perlindungan fisik, dan lain sebagainya.
2.)    Kebutuhan akan rasa aman baik fisik, perasaan, keamanan terhadap masa depan yang dihadapinya.
3.)    Kebutuhan cinta kasih, mencintai orang lain, dan dicintai orang lain, penerimaan, pembenaran dan cinta kasih orang lain pada dirinya.
4.)    Kebutuhan untuk penghargaan dan untuk dikenal oleh orang lain merasa berguna bagi orang, mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan sebagainya.
5.)    Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman terhadap berbagai hal dalam menghadapi dinianya secara efektif.
6.)    Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri yang merupakan kebutuhan untuk berpengalaman mengaktualisaikan dirinya dalam dunia nyata secara langsung agar dari pengalamannya ia akan lebih kreatif, toleran, spontan. (Entang, 1981 : 16).
Hierarhi ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mngajar anak-anak. Perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Gagne berpendapat yang dikutip oleh Nasution mengatakan bahwa : setiap bidang ilmu mempunyai susunan hirarki pengetahuan (Nasution, 1982 : 136). Lebih lanjut dikatakan type belajar dapat dibedakan menjadi delapan : (1) belajar isyarat, (2) belajar stimulus respons, (3) belajar berangkai, (4) belajar asosiasi verbal, (5) belajar diskriminasi (membedakan), (6) belajar konsep, (7) belajar aturan, (8) belajar pemecahan masalah”(Nasution, 1982 : 136).
Memecahkan masalah pelajaran harus dipecahkan dengan cara berpikir, mencobakan hipotensi dan bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru. Berdasarkan tipe belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa setiap tipe belajar yang bawah atau rendah merupakan syarat bagi bentuk belajar yang lebih baik.
Berdasarkan teori-teori belajar di atas dapatlah diketahui bahwa sangat erat hubungan dengan masalah yang diteliti yaitu perkembangan kognitif dan perbedaan prestasi belajar siswa.






Posting Komentar untuk "PROPOSAL PENERAPANAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA BALI KELAS IA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SMP NEGERI 4 BADUNG"