PROPOSAL PENERAPANAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA BALI KELAS IA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SMP NEGERI 4 BADUNG
PROPOSAL
JUDUL
: PENERAPANAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR BAHASA BALI KELAS IA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SMP
NEGERI 4 BADUNG
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi harus segera direspon secara positif oleh dunia
pendidikan. Salah satu bentuk respon positif dunia pendidikan adalah dengan
mengadakan perubahan kurikulum. Sikap tersebut diwujudkan dalam bentuk usaha
sekolah dengan memberikan layanan terbaik bagi semua anak didiknya.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan
berusaha secara terus menerus dan terprogram mengadakan pembenahan diri di
berbagai bidang baik sarana dan prasarana, pelayanan administrasi dan informasi
serta kualitas pembelajaran secara utuh. Dalam proses belajar mengajar,
guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan
efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki
strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik atau metode mengajar.
Pada dasarnya tujuan guru mengajar adalah untuk mengadakan
perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku anak didik. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan
suatu strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode dan pendekatan yang tepat.
Upaya
meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja,
tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran
atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada hakikatnya guru
tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab guru adalah
salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi
pendidikan.
Belajar bahasa Bali memerlukan
keterampilan dari seorang guru agar anak didik mudah memahami materi yang
diberikan guru. Jika guru kurang menguasai strategi mengajar maka siswa akan
sulit menerima materi pelajaran dengan sempurna. Guru dituntut untuk mengadakan
inovasi dan berkreasi dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga hasil belajar
siswa memuaskan.
Hasil pengamatan guru (peneliti) menunjukkan
bahwa motivasi belajar siswa kelas 1A SMP N 4 Badung terlihat menurun dan terlihat kurang bergairah dalam menerima materi
pelajaran. Hanya ada beberapa siswa yang terlihat antusias dalam mengikuti
pelajaran. Keadaan ini menyebabkan prestasi belajar mereka secara klasikal
rendah. Itu disebabkan oleh metode yang digunakan oleh guru tidak disenangi
oleh siswa.. Siswa menilai bahwa metode yang selama ini diterapkan tidak
memotivasi mereka untuk lebih aktif. Hal inilah yang diperkirakan menjadi
penyebab rendahnya prestasi belajar siswa. Siswa mengatakan bahwa bahasa Bali merupakan pelajaran
yang sulit. Keadaan ini hendaknya segera direspon secara positif dengan mencari
alternatif model pembelajaran yang efektif, yang membuat siswa mudah memahami materi bahasa Bali .
Guru
sebagai fasilitator dituntut dapat memodifikasi atau bahkan menerapkan
metode-metode baru yang lebih disukai siswa dan meningkatkan keaktifannya.
Salah satu peran guru yang terpenting adalah bagaimana mereka dapat
mencerdaskan dan mempersiapkan masa depan anak didik melalui kegiatan belajar
yang benar-benar kreatif, terbuka dan menyenangkan (joyfull learning).
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis ingin
memberikan suatu alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut. Sebagai alternatif
adalah dengan pengelolaan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menjadi pilihan karena pembelajaran ini dirancang untuk
meningkatkan motivasi belajar
siswa, karena kelas dirancang
sedemikian rupa agar terjadi interaksi positif antar siswa. Tanggung
jawab guru adalah memotivasi siswa untuk bekerja secara kooperatif untuk
menyelesaikan masalah yang muncul pada saat itu. Beberapa ahli berpendapat
bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan, baik bagi siswa
kelompok atas maupun siswa kelompok bawah yang bekerja sama menyelesaikan
tugas-tugas akademik.
Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD), karena tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana dan guru pengajar belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini. Di samping itu
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak hanya unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan
kemampuan interaksi antara guru dan siswa, meningkatkan kerja sama,
kreativitas, berpikir kritis serta ada kemauan membantu teman (Ibrahim, 2000).
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah
penelitian tersebut diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: apakah
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
hasil pembelajaran bahasa Bali siswa kelas IA
semester II tahun pelajaran 2008/2009 SMP N 4 Badung?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan diadakannya penelitian ini
adalah : untuk mengetahui bahwa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IA
semester II tahun pelajaran 2008/2009 SMP N 4 Badung. Agar suasana belajar
dikelas bergairah, dan menyenagkan sehingga tercapai hasil yang optimal.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dalam
penelitian ini di harapkan agar hasil yang diperoleh dapat bermanfaat baik
secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1.
Manfaat Teoritis
Melalui pembelajaran kooperatif tipe
STAD ini siswa mampu menguasai materi pembelajaran bahasa Bali
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal melalui
pengembangan diri serta bisa menambah wawasan. Khususnya pada siswa kelas IA
semester II tahun pelajaran 2008/2009 dan semua siswa SMP N 4 Badung.
2.
Manfaat Praktis
Meningkatkan kualitis hasil belajar
sekolah baik hasil belajar secara individu maupun secara klasikal, dan
bermanfaat untuk kepentingan sekolah, siswa, guru atau lembaga pendidikan yaitu
pada SMP N 4 Badung dan bermanfaat bagi pendidikan seluruh Indonesia.
E. KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI
1. Kajian Pustaka
Seorang
guru yang profesional, dia tentu tidak sekedar bertugas mentransfer materi dan
mengajarkan hafalan. Tetapi, dalam upaya membangun proses pencerdasan siswa,
maka guru harus berani bertindak dan mengemukakan ide-ide yang inovatif untuk
mampu mendorong tumbuhnya sikap kreatif
siswa dan senantiasa kreatif untuk menampilkan pikiran-pikiran alternative. Di samping itu, guru juga
dituntut tidak stagnan, melainkan terus secara dinamis mengembangkan diri
melalui proses pembelajaran terbuka dan menyenangkan.
Dalam
proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah satu
langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai tekhnik-tekhnik atau metode mengajar (Soetardjo, 1998).
Belajar
pada hakekatnya adalah melibatkan semua aspek kepribadian manusia antara lain
pikiran, perasaan dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap dan keyakinan.
Hal ini tidak sepenuhnya dilakukan dalam pembelajaran siswa di SMP. Berdasarkan
hasil studi intensif yang dilakukan oleh Direktorat Dikmenum (1996-1997)
menyimpulkan bahwa pembelajaran di SMP cendrung texbook oriented
dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga motivasi belajar
siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cendrung menghafal (Rustana,
2002).
Tujuan
mengajar adalah untuk mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku
seorang pelajar. Perubahan dilakukan seorang guru dengan menggunakan suatu
strategi mengajar untuk mencapai tujuan dengan memilih metode yang tepat (Nur,
2000).
Upaya
meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada faktor guru saja,
tetapi berbagai faktor lainnya juga berpengaruh untuk menghasilkan keluaran
atau out put proses pengajaran yang bermutu. Namun pada
hakekatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama yang paling menentukan, sebab
guru adalah salah satu unsur utama dalam sistem pendidikan yang sangat
mempengaruhi pendidikan (Amiruddin, 1989).
Pengajaran
adalah susunan informasi dan lingkungan yang memfasilitasi pembelajaran.
Lingkungan tidak hanya tempat berlangsungnya pengajaran tetapi juga metode,
media dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi dan membimbing
siswa belajar. Penyusunan informasi, pilihan strategi pengajaran, menentukan
lingkungan pengajaran menjadi tanggung jawab guru. Pembelajaran adalah
pengembangan pengetahuan, keterampilan atau sikap baru pada saat individu
berinteraksi dengan informasi dan lingkungan.
Proses
pengajaran-pembelajaran mencakup pemilihan, penyusunan dan cara penyampaian
informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan
informasi itu (Wartono, 2004).
2. Konsep
Konsep merupakan bahan baku ilmu pengetahuan.
Dari konsep membentuk preposisi dan dari preposisi kemudian membentuk teori.
Nan Lin dalam W Gulo (2002:8) merumuskan
konsep adalah istilah yang menunjuk pada suatu pengertian tertentu. Konsep
adalah sesuatu yang abstrak tetapi menunjuk pada sesuatu yang kongkrit.
Sedangkan dalam Kamus bahasa Indonesia konsep berarti rancangan.
(Soeharso,2007:302).
Dari definisi tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa konsep adalah
rancangan dari suatu penelitian yang dapat membentuk perposisi, kemudian
membentuk teori, sehingga dari preposisi tersebut dapat membentuk definisi yang
kongkrit. Adapun konsep dalam penelitian ini diantaranya :
2.1 Hakekat Pembelajaran Koopertif ( Cooperative
Learning )
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan
interaksi yang saling asuh antar siswa untuk memahami materi pelajaran bahasa Bali , Unsur-unsur pembelajaran kooperatif paling sedikit
ada empat macam yakni:
a. Saling
ketergantungan positif, artinya dalam pembelajaran kooperatif, guru
menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan antar
sesama. Dengan saling
membutuhkan antar sesama, maka mereka merasa saling ketergantungan satu sama
lain;
b.
Iinteraksi tatap muka, artinya menuntut para siswa
dalam kelompok dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan
dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. Dengan
interaksi tatap muka, memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber
belajar, sehingga sumber belajar menjadi variasi. Dengan interaksi ini
diharapkan akan memudahkan dan membantu siswa dalam mempelajari suatu materi.
c.
Akuntabilitas individual, artinya meskipun pembelajaran
kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok, tetapi penilaian dalam
rangka mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran
dilakukan secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut
selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok
mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota
kelompok yang dapat memberikan bantuan
d.
keterampilan
menjalin hubungan antar pribadi, artinya, melalui pembelajaran kooperatif akan
menumbuhkan keterampilan menjalin hubungan antar pribadi. Hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran kooperatif menekankan aspek-aspek: tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan
bukan mengkritik orangnya, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi
orang lain, mandiri, dan berbagai sifat positif lainnya.
2.2. STAD (Student Teams
Achievement Divisions).
Langkah-langkah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah:
1). Para
siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok , jadi ada 8 kelompok,
masing – masing kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin,
ras, etnik, maupun kemampuannya (prestasinya).
2). Guru
menyampaikan materi pelajaran
3). Guru membagikan
materi yang berbeda pada masing-masing kelompok dengan menggunakan lembar kerja
akademik, dan kemudian saling membantu untuk menguasai materi pelajaran yang
telah diberikan melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.
4). Selanjutnya masing-masing kelompok
mempresentasikan kedepan kelas.
5). Selanjutnya tanggapan dari masing-masing kelompok.
6). Selanjutnya guru memberikan tanggapan dan
penegasan.dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap materi
pelajaran, dan kepada siswa secara individual atau kelompok yang meraih
prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan.
7). Kesimpulan Pelaksanaan tipe STAD melalui
tahapan sebagai berikut :
(1) Penjelasan
materi pembelajaran;
(2) Diskusi
atau kerja kelompok belajar;
(3) Validasi oleh guru;
(4) Evaluasi (Tes);
(5) Menentukan
nilai individu dan kelompok;
(6) Penghargaan
individu atau kelompok;
3. Teori
Guna
dapat melangkah lebih lanjut, dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
maka dalam penelitian ini perlu diberikan uraian secara teoritis berdasarkan
kepustakaan yang dianggapan relevan dengan masalah yang di teliti. Teori-teori
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori yang berkenaan dengan
belajar mengajar meliputi ::proses belajar mengajar.
1. Proses Belajar Mengajar
Proses berarti runtutan perubahan (
perisiwa ) dalam perkembangan sesuatu ( kamus besar bahasa Indonesia , 1989 : 703 ).
Belajar mengajar adalah interaksi
atau hubungan timbale balik antara siswa dengan guru antar sesamam siswa dalam
proses pemkbelajaran. Suatu proses belajar mengajar dapat berjalan efektif bila
seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses belajar mengajar saling
mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Misalnya : siswa termotivasi, materi
menarik, tujuannya jelas dan hasilnya dapat dirasakan manfaatnya (
Depdikbud,1994 :1 ). Interakasi berarti hal yang saling mempengaruhi atau
mengandung unsure saling memberikan dan menerima antara orang perorangan,
antara perorangan dan kelompok, dan antara kelompok dan kelompok ( kamus besar
bahasa Indonesia ,
1989 : 135 ).
Interaksi edukatif adalah “hubungan
timbal balik antara guru dan murid, dalam suatu system pengajar” (B
Suryobroto,1986 : 11). Tercapai tujuan proses belajar dan mengajar yang baik
dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya
interaksi yang baik antara guru dan murid. Interaksi edukatif yang baik harus didukung oleh
komponen-komponen dasar yaitu : (1) tujuan instruksional, (2) bahan pelajaran,
(3) metode dan alat, (4) sarana, (5) evaluasi atau penilaian.
Memperhatikan kedua pendapat di atas
dapat diketahui bahwa proses belajar mengajar adalah interaksi atau hubungan
timbal balik antara guru dan murid, yang mengandung unsur saling memberi dan
menerima.
1.1. Pengertian Belajar
Belajar adalah “suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan atau
pengalaman sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia” (Herman Hudoyo,1984:2).
Sedangkan menurut Drs Oemar Hamalik mengatakan bahwa : belajar adalah suatu
bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dengan
cara-cara tingkah laku yang baru berkat pangalaman dan latihan. Tingah laku
yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tak mengerti menjadi
mengerti baru, perubahan sikap. (1983 : 2).
Belajar
merupakan bentuk aktivitas manusia yang dilakukan sejak lahir sampai meninggal
dunia. Perbuatan atau aktivitas belajar menghasilkan perubahan yakni perubahan
pada diri seseorang maupun tingkah lakunya. Perubahan tingkah laku yang
diperoleh dari perbuatan belajar bersifat aktif dan positif. Bersifat aktif
karena orang yang melakukan perbuatan belajar itu dengan sengaja, sadar, dan
bertujuan. Bersifat positif karena orang yang belajar memperoleh hasil dari
tidak tahu menjadi tahu, kurang cakap menjadi memiliki suatu kecakapan,
memiliki pengertian tentang sesuatu, sehingga orang yang belajar memiliki suatu
kemajuan ( Sri Anisah Wiryawan, 1987 : 1 ).
L. Crow & A Crow, menyatakan
belajar adalah”usaha memperoleh konsep, pengetahuan, dan sikap”. Usaha
melakukan perolehan konsep dan pengetahuan
meliputi usaha mencari cara-cara baru untuk menyesuaikan diri terhadap
situasi baru. Perubahan belajar yang diperoleh adalah tingkah laku yang
bersifat progresif untuk mencapai tujuan dan menentukan sikap. Selanjutnya
dikemukakan pula bahwa belajar bersifat horizontal dan vertical.
Belajar dengan arah horizontal
(mendatar) artinya memperkaya atau memperluas pengetahuan dan pengalaman
belajar yakni : (a) memperoleh kemampuan
dalam skill attitude ketrampilan baru. (b) menguasai berbagai bidang ilmu
pengetahuan. (c) mengembangkan sikap-sikap untuk menghadapi situasi dan kondisi
yang baru. (d) menentukan minat baru untuk menemukan teknik pemecahan masalah
baru.
Belajar dengan arah vertical
(meninggi) artinya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman
yang telah dimiliki antara lain : (a) mengembangkan dan memajukan ketrampilan
khusus. (b) menambah pengetahuan dalam suatu bidang yang berhubungan dengan
pengetahuan yang sudah dipelajari. (c) melakukan intensifikasi dan memperluas
minat, sikap dan kemampuan teknis yang dimiliki.
J. Cronbach, manyatakan belajar
menunjukan adanya tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, sedangkan Ernest
R. Hilgard, belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, dan reaksi terhadap
lingkungan. Perubahan kegiatan mencakup pengetahuan, kecakapan, dan tingkah
laku yang diperoleh melalui pengalaman.
C. Witherington dan Buchori
menyatakan bahwa, belajar suatu perubahan pada kepribadian yang dinyatakan
penguasaan-penguasaan pola respon ( sambutan ) atau tingkah laku yang baru
berupa perubahan ketrampilan, sikap, kebiasaan, kesanggupan, dan pemaksaan yang
dimanifestasikan dalam seluruh aspek tingkah laku. Selain itu Prof. Dr.Sumandi
Suryabrata menjelaskan bahwa belajar adalah kegiatan yang membawa perubahan
yang bersifat actual dan potensial yang terjadi karena adanya usaha sadar,
disengaja dan bertujuan hingga diperoleh kecakapan baru. Akhirnya Prof. Dr.
Winarno Surakhmad mengemukakan, bahwa belajar ditujukan pada pengumpulan pengetahuan,
penanaman konsep dan kecakapan baru serta pembentukan sikap dari perbuatan dan
tingkah laku yang positif (Suwalni Sukirno, 1987 : 3-4)
Berdasarkan uraian diatas dapatlah
diketahui bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu
( manusia ) untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru, secara
keseluruhan, secara sadar, sengaja, bertujuan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.
1.1.1 Teori-teori Belajar
A. Teori Belajar
Dari Psikologi Behaviouristik ( Psikologi Tingkah Laku )
Menurut teori ini, belajar pada
hewan dan manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama (
Depdikbud, 1981 : 21 ). Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi
antara kesan panca indra kecendrungan untuk bertindak.
Torndike berpendapat bahwa belajar
adalah proses pembentukan koneksi-koneksi antara simulasi dan respon. Menurut
pendapat ini maka belajar adalah berarti membentuk hubungan stimulasi-syimulasi
respondan melatih hubungan-hubungan itu agar bertalian erat. Belajar demikian
sifatnya mekanis seperti mesin dan akhirnya terbentuk kebiasaan-kebiasaan.
Skinner berpendapat bahwa
reiforeement adalah sebagai factor terpenting dalam proses belajar ( Soemanto,
1987 :119 ). Pendapat ini memutuskan perhatian kepada kebiasaan atau orang yang
sedang belajar. Misalnya seseorang telah belajar dengan giat, kebiasaan ini
harus direinforeement atau diperkuat dengan jalan memberikan pujian sehingga
seseorang anak terus menerus belajar dengan rajin dan giat. Menurut pendangan
ini perubahan tingkah laku dapat dilakukan dengan jalan mengubah
renforeementnya.
Berbicara mengenai proses belajar
aliran behavioristik memandang bahwa : belajar itu menampilkan hasil dalam
bentuk perilaku yang dapat diamati, diukur, dan perilaku belajar dimodifikasi
oleh lingkungan. Di dalam proses belajar ada tia komponen pokok yaitu :
rangsangan dari luar ( stimulasi ), balasan dari dalam si anak ( respon ), dan
akibat.
C. Teori Belajar dari Psikologi Humenistik
Teori ini menyatakan bahwa : tiap
orang itu menentukan perilaku mereka sendiri, mereka bebas dalam memilih
kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya (Soemanto, 1967 : 129).
Pendapat lain dari
Maslow yang dikutip oleh M. Entang mengatakan bahwa hierarhi kebutuhan manusia
dapat dibedakan menjadi enam yaitu :
1.)
Kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan dasar bagi
manusia, seperti : makan minum, perlindungan fisik, dan lain sebagainya.
2.)
Kebutuhan akan rasa aman baik fisik, perasaan, keamanan
terhadap masa depan yang dihadapinya.
3.)
Kebutuhan cinta kasih, mencintai orang lain, dan
dicintai orang lain, penerimaan, pembenaran dan cinta kasih orang lain pada
dirinya.
4.)
Kebutuhan untuk penghargaan dan untuk dikenal oleh
orang lain merasa berguna bagi orang, mempunyai pengaruh terhadap orang lain
dan sebagainya.
5.)
Kebutuhan akan pengetahuan dan pemahaman terhadap
berbagai hal dalam menghadapi dinianya secara efektif.
6.)
Kebutuhan akan keindahan dan aktualisasi diri yang
merupakan kebutuhan untuk berpengalaman mengaktualisaikan dirinya dalam dunia
nyata secara langsung agar dari pengalamannya ia akan lebih kreatif, toleran,
spontan. (Entang, 1981 : 16).
Hierarhi
ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada
waktu ia mngajar anak-anak. Perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin
berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
Gagne
berpendapat yang dikutip oleh Nasution mengatakan bahwa : setiap bidang ilmu
mempunyai susunan hirarki pengetahuan (Nasution, 1982 : 136). Lebih lanjut
dikatakan type belajar dapat dibedakan menjadi delapan : (1) belajar isyarat,
(2) belajar stimulus respons, (3) belajar berangkai, (4) belajar asosiasi
verbal, (5) belajar diskriminasi (membedakan), (6) belajar konsep, (7) belajar
aturan, (8) belajar pemecahan masalah”(Nasution, 1982 : 136).
Memecahkan
masalah pelajaran harus dipecahkan dengan cara berpikir, mencobakan hipotensi
dan bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru.
Berdasarkan tipe belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa setiap tipe
belajar yang bawah atau rendah merupakan syarat bagi bentuk belajar yang lebih
baik.
Berdasarkan
teori-teori belajar di atas dapatlah diketahui bahwa sangat erat hubungan
dengan masalah yang diteliti yaitu perkembangan kognitif dan perbedaan prestasi
belajar siswa.
Posting Komentar untuk "PROPOSAL PENERAPANAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA BALI KELAS IA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2019/2020 SMP NEGERI 4 BADUNG"