TRADISI NGAREBU DI DESA BAHA




Upacara Ngererebu di Pura Pasar Agung Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung
a.    Cerita :
Pada tahun 1960 di sungai Pened/Penet yang berada di Desa Baha, ada ladang kecil berukuran kurang lebih 1 are membelah sungai yang di tumbuhi pohon-pohon besar. Sungai Pened itu di kenal sebagai daerah yang keramat. Pada tahun 1975 terjadilah banjir bandang dan akibat dari banjir bandang itu setengah dari ladang  ditutupi pasir. Sehingga ladang yang dulunya sempit berubah menjadi ladang yang cukup luas. Setelah terjadinya banjir bandang, ada seorang petani yang bernama Mangku Ranca sedang membersihkan lahan pertaniannya yang terletak sangat dekat dengan ladang itu. Saat sedang asyik bersih-bersih, terlihat sebuah batu permata dan diapun membawa batu permata tersebut ke rumahnya. Karena batu permata tersebut, Mangku Ranca menjadi seorang paranormal. Orang yang berobat ke rumah Mangku Ranca tidak hanya orang yang berasal dari dalam negeri tapi juga orang dari mancanegara. Sehingga tempat penemuan batu tersebut didirikanlah tempat pemujaan yang dinamai Pura Pasar Agung. Pada saat pembangunan pura, di temukan berbagai macam batu yang berbentuk meja, kursi, dan penumbuk padi. Menurut Mangku Ranca, batu-batu itu dibuat oleh orang gaib. Kemudian diadakan upacara yang disebut ngererebu.

b.   Upacara :

Mitos yang berkembang di masyarakat tersebut kemudian menciptakan sebuah upacara yang dilakukan secara rutin setiap hari Rabu Umanis Wuku Medang Siya. Ngererebu merupakan sebuah upacara menghaturkan sesajen berupa tumpeng dan daging itik yang bertujuan agar orang-orang gaib tersebut tidak mengganggu kita, dapat menolong kita, dan kita di berikan kesehatan lahir dan batin oleh Sang Pencipta. Upacara itu juga bertujuan membantu paranormal yang bernama Mangku Ranca untuk mengobati orang-orang yang sakit.
Upacara ngererebu dilakukan selama satu hari yang diawali dengan masyarakat bersama-sama menghaturkan sesajen sebelum upacara dimulai. Hal itu bertujuan agar orang gaib mau membantu pelaksanaan upacara sehingga berjalan dengan lancar dan biaya yang dikeluarkan selama upacara berlangsung sedikit. Setelah itu masyarakat melaksanakan acara pembersihan diri (meprasita) dan menyucikan diri (mebiukawon). Bertujuan untuk memohon keselamatan agar masyarakat dijauhkan dari malapetaka. Selain upacara ngererebu, setiap 6 bulan sekali diadakan upacara dengan sesajen yang lebih besar.


c.    Analisa :
Setelah mendengar cerita rakyat dari Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung tersebut, kita dapat melihat keberadaan fungsi mitos yang sampai saat ini di percayai di dalam masyarakat Desa Baha khususnya. Mereka melakukan upacara Ngererebu dengan tujuan untuk menolak bala, sekaligus sebagai rasa syukur karena orang gaib tidak mengganggu kita, dapat menolong kita, dan kita di berikan kesehatan lahir dan batin oleh Sang Pencipta. Selain itu, dari segi sosial dapat kita lihat bahwa dengan adanya ritual tersebut rasa solidaritas dari masyarakat tercipta melalui bekerjasama dalam melakukan upacara, agar upacara tersebut berjalan lancar.
Dalam Upacara Ngererebu terdapat nilai religius yang tercermin dalam doa bersama yang ditujukan kepada Tuhan dan para penghuni yang berada disana agar kita mendapat perlindungan, keselamatan dan kesejahteraan dalam menjalani kehidupan. Sejalan dengan perkembangan zaman, kegiatan upacara Ngererebu tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Desa Baha sebagai suatu wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta dan para penghuni yang berada disana. Hal ini dapat membuktikan bahwa masyarakat Desa Baha masih meyakini atau mempercayai adanya energi mistis dalam mitos yang diaktualisasikan dalam upacara ritual  yang  berkembang di daerahnya.
#Dari Berbagai Sumber.
#Ipil-ipil saking makudang sastra

Posting Komentar untuk "TRADISI NGAREBU DI DESA BAHA"