CERITA SABHA PARWA II MAHABHARATA

 



CERITA SABHA PARWA II

 

 

BABAK 1

Niat Licik Duryodana dan Sangkuni

 

Semenjak pulang dari Indraprastha, Duryodana sering termenung memikirkan usaha untuk mendapatkan kemegahan dan kemewahan yang ada di Indraprastha. Ia ingin sekali mendapatkan harta dan istana milik Pandawa. Namun ia bingung bagaimana cara mendapatkannya. Terlintas dalam benak Duryodana untuk menggempur Pandawa, namun dicegah oleh Sangkuni.

Sangkuni berkata, "Aku tahu Yudistira suka bermain dadu, namun ia tidak tahu cara bermain dadu dengan akal-akalan. Sementara aku adalah rajanya main dadu dengan akal-akalan. Untuk itu, undanglah dia, ajaklah main dadu. Nantinya, akulah yang bermain dadu atas nama anda. Dengan kelicikanku, tentu dia akan kalah bermain dadu denganku. Dengan demikian, anda akan dapat memiliki apa yang anda impikan".

Duryodana tersenyum lega mendengar saran pamannya. Bersama Sangkuni, mereka mengajukan niat tersebut kepada Dretarastra untuk mengundang Pandawa main dadu. Duryodana juga menceritakan sikapnya yang iri dengan kemewahan Pandawa. Dretarastra ingin mempertimbangkan niat puteranya tersebut kepada Widura, namun karena mendapat hasutan dari Duryodana dan Sangkuni, maka Dretarastra menyetujuinya tanpa pertimbangan dari Widura.

 

·         Nilai yang dapat dipetik dari pembabaran babak satu diatas adalah seperti halnya manusia memiliki hawa nafsu dan sifat-sifat negatif seperti iri dan egois. Jika dikaitkan dengan cerita di atas, kita sebagai manusia jika ingin menuju kesuksesan dan mendapat kekayaan bukanlah harus dengan cara yang curang ataupun cara-cara cepat yang tidak sewajarnya, melainkan harus bekerja keras dan belajar menghadapi keadaan agar kita mempunyai banyak pengalaman untuk dikedepannya.

 

 

 

BABAK 2

Pandawa dan Kurawa Bermain Dadu

 

Dretarastra menyiapkan arena judi di Hastinapura, dan setelah selesai ia mengutus Widura untuk mengundang Pandawa bermain dadu di Hastinapura. Yudistira sebagai kakak para Pandawa, menyanggupi undangan tersebut. dengan disertai para saudaranya beserta istri dan pengawal, Yudistira berangkat menuju Hastinapura. Sesampainya di Hastinapura, rombongan mereka disambut dengan ramah oleh Duryodana. Mereka beristirahat di sana selama satu hari, kemudian menuju ke arena perjudian.

Yudistira berkata, "Kakanda Prabu, berjudi sebetulanya tidak baik. Bahkan menurut para orang bijak, berjudi sebaiknya dihindari karena sering terjadi tipu-menipu sesama lawan". Setelah mendengar perkataan Yudistira, Sangkuni menjawab, "Maaf paduka Prabu. Saya kira jika anda berjudi dengan Duryodana tidak ada jeleknya, sebab kalian masih bersaudara. Apabila paduka yang menang, maka kekayaan Duryodana tidaklah hilang sia-sia. Begitu pula jika Duryodana menang, maka kekayaan paduka tidaklah hilang sia-sia karena masih berada di tangan saudara. Untuk itu, apa jeleknya jika rencana ini kita jalankan?"

Yudistira yang senang main dadu akhirnya terkena rayuan Sangkuni. Maka permainan dadu pun dimulai. Yudistira heran kepada Duryodana yang diwakilkan oleh Sangkuni, sebab dalam berjudi tidak lazim kalau diwakilkan. Sangkuni yang berlidah tajam, sekali lagi merayu Yudistira. Yudistira pun termakan rayuan Sangkuni.

Mula-mula Yudistira mempertaruhkan harta, namun ia kalah. Kemudian ia mempertaruhkan harta lagi, namun sekali lagi gagal. Begitu seterusnya sampai hartanya habis dipakai sebagai taruhan. Setelah hartanya habis dipakai taruhan, Yudistira mempertaruhkan prajuritnya, namun lagi-lagi ia gagal. Kemudian ia mempertaruhkan kerajaannya, namun ia kalah lagi sehingga kerajaannya lenyap ditelan dadu. Setelah tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan, Yudistira mempertaruhkan adik-adiknya. Sangkuni kaget, namun ia juga sebenarnya senang. Berturut-turut Sahadewa, Nakula, Arjuna, dan Bima dipertaruhkan, namun mereka semua akhirnya menjadi milik Duryodana karena Yudistira kalah main dadu.

 

·         Nilai yang bisa kita ambil dari babak 2 ialah bermain judi sebenarnya boleh saja tetapi jangan terlalu belebihan sampai mengorbankan segalanya. Sebaiknya jika senang bermain judi dan ingin bermain judi janganlah dianggap sebagai keseriusan dengan mempertaruhkan segala yang kita punya, dan berfikirlah positif untuk kedepannya apa saja akibat dan efek jika kita terlalu keras bejudi.

 

 

BABAK 3

Drupadi Di Hina Di Muka Umum

 

Harta, istana, kerajaan, prajurit, dan saudara Yudistira akhirnya menjadi milik Duryodana. Yudistira yang tidak memiliki apa-apa lagi, nekat mempertaruhkan dirinya sendiri. Sekali lagi ia kalah sehingga dirinya harus menjadi milik Duryodana. Sangkuni yang berlidah tajam membujuk Yudistira untuk mempertaruhkan Drupadi. Karena termakan rayuan Sangkuni, Yudistira mempertaruhkan istrinya, yaitu Dewi Drupadi. Banyak yang tidak setuju dengan tindakan Yudistira, namun mereka semua membisu karena hak ada pada Yudistira.

Duryodana mengutus Widura untuk menjemput Drupadi, namun Widura menolak tindakan Duryodana yang licik tersebut. Karena Widura menolak, Duryodana mengutus para pengawalnya untuk menjemput Drupadi. Namun setelah para pengawalnya tiba di tempat peristirahatan Drupadi, Drupadi menolak untuk datang ke arena judi. Setelah gagal, Duryodana menyuruh Dursasana, adiknya, untuk menjemput Drupadi. Drupadi yang menolak untuk datang, diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Drupadi menangis dan menjerit-jerit karena rambutnya ditarik sampai ke arena dadu, tempat suami dan para iparnya berkumpul.

Dengan menangis terisak-isak, Drupadi berkata, "Sungguh saya tidak mengira kalau di Hastina kini telah kehilangan banyak orang bijak. Buktinya, di antara sekian banyak orang, tidak ada seorang pun yang melarang tindakan Dursasana yang asusila tersebut, ataukah, memang semua orang di Hastina kini telah seperti Dursasana?", ujar Drupadi kepada semua orang yang hadir di balairung. Para orangtua yang mendengar perkataan Drupadi tersebut tersayat hatinya, karena tersinggung dan malu.

Wikarna, salah satu Kurawa yang masih memiliki belas kasihan kepada Drupadi, berkata, "Tuan-Tuan sekalian yang saya hormati! Karena di antara Tuan-Tuan tidak ada yang menanggapi peristiwa ini, maka perkenankanlah saya mengutarakan isi hati saya. Pertama, saya tahu bahwa Prabu Yudistira kalah bermain dadu karena terkena tipu muslihat paman Sangkuni! Kedua, karena Prabu Yudistira kalah memperteruhkan Drupadi, maka ia telah kehilangan kebebasannya. Maka dari itu, taruhan Sang Prabu yang berupa Drupadi tidak sah!"

Para hadirin yang mendengar perkataan Wikarna merasa lega hatinya. Namun, Karna tidak setuju dengan Wikarna. Karna berkata, "Hei Wikarna! Sungguh keterlaluan kau ini. Di ruangan ini banyak orang-orang yang lebih tua daripada kau! Baliau semuanya tentu tidak lebih bodoh daripada kau! Jika memang tidak sah, tentu mereka melarang. Mengapa kau berani memberi pelajaran kepada dia semua? Lagipula, mungkin memang nasib Drupadi seperti ini karena kutukan Dewa. cobalah bayangkan, pernahkah kau melihat wanita bersuami sampai lima orang?"

Mendengar perkataan Karna, Wikarna diam dan membisu. Karena sudah kalah, Yudistira dan seluruh adiknya beserta istrinya diminta untuk menanggalkan bajunya, namun hanya Drupadi yang menolak. Dursasana yang berwatak kasar, menarik kain yang dipakai Drupadi. Drupadi berdo'a kepada para Dewa agar dirinya diselamatkan. Basudewa Kresna mendengar do'a Drupadi. Secepatnya ia menolong Drupadi secara gaib. Basudewa Kresna mengulur kain yang dikenakan Drupadi, sementara Dursasana yang tidak mengetahuinya menarik kain yang dikenakan Drupadi. Hal tersebut menyebabkan usaha Dursasana menelanjangi Drupadi tidak berhasil. Pertolongan Basudewa Kresna disebabkan karena perbuatan Drupadi yang membalut luka Basudewa Kresna pada saat upacara Rajasuya di Indraprastha.

 

·         Dari cerita diatas dapat dilihat bahwa seorang perempuan telah dianiaya oleh seorang laki-laki. Ini sebenarnya merupakan perbuatan keji yang seharusnya tidak boleh dilakukan kepada wanita karena wanita merupakan kebahaiaan seorang laki-laki, karena jika tidak ada wanita laki-laki tidak ada artinya di dunia ini.

 

·         Dapat dilihat juga seperti ucapan doa yDrupadi yang didengar oleh Basudewa. Artinya setiap doa yang kita ucapkan pasti akan didengar oleh Yang Maha Kuasa asalkan kita mengucapkanya dengan hati yang tulus dan penuh dengan keyakinan, karena Tuhan Maha Tahu dan Maha Penolong.

                                                                                                                                          

BABAK 4

Pandawa Dibuang Ke Tengah Hutan

 

Melihat perbuatan Dursasana yang asusila, Bima bersumpah kelak dalam Bharatayuddha ia akan merobek dada Dursasana dan meminum darahnya. Setelah bersumpah, terdengarlah lolongan anjing dan serigala, tanda bahwa malapetaka akan terjadi. Dretarastra mengetahui firasat buruk yang akan menimpa keturunannya, maka ia segera mengambil kebijaksanaan. Ia memanggil Pandawa beserta Drupadi.

Dretarastra berkata, "O Yudistira, engkau tidak bersalah. Karena itu, segala sesuatu yang menjadi milikmu, kini kukembalikan lagi kepadamu. Ma’afkanlah saudara-saudaramu yang telah berkelakuan gegabah. Sekarang, pulanglah ke Indraprastha".

Setelah mendapat pengampunan dari Dretarastra, Pandawa beserta istrinya mohon diri. Duryodana kecewa, ia menyalahkan perbuatan ayahnya yang mengembalikan harta Yudistira. Dengan berbagai dalih, Duryodana menghasut ayahnya. Karena Dretarastra berhati lemah, maka dengan mudah sekali ia dihasut, maka sekali lagi ia mengizinkan rencana jahat anaknya. Duryodana menyuruh utusan agar memanggil kembali Pandawa ke istana untuk bermain dadu. Kali ini, taruhannya adalah siapa saja yang kalah harus mengasingkan diri ke hutan selama 12 tahun, dan setelah masa pengasingan berakhir (yaitu pada tahun ke-13), yang kalah harus menyamar selama 1 tahun. Pada tahun yang ke-14, barulah boleh kembali ke istana.

Sebagai kaum ksatria, Pandawa tidak menolak undangan Duryodana untuk yang kedua kalinya tersebut. Sekali lagi, Pandawa kalah. Sesuai dengan perjanjian yang sah, maka Pandawa beserta istrinya mengasingkan diri ke hutan, hidup dalam masa pembuangan selama 12 tahun. Setelah itu menyamar selama satu tahun. Setelah masa penyamaran, maka para Pandawa kembali lagi ke istana untuk memperoleh kerajaannya.



·         Dapat kita simpulkan yang pertama adalah kekuatan hati seorang ayah yang lemah terhadap anaknya. Sebenarnya sebagai ayah haruslah tegas dalam menyikapi pendapat dan perbuatan anaknya, ini untuk kebaikan anak dan tingkah lakunya di kedepan nanti

 

·         Yang kedua, jika kita sudah terkena kecurangan ataupun itu kekalahan yang luarbiasa sebaiknya blajarlah mengendalikan diri agar tidak terhasut oleh orang lain untuk melakukan perbuatan yang semena-mena lagi

 

PUTAKA: BERBAGAI SUMBER

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar untuk "CERITA SABHA PARWA II MAHABHARATA"